ASIATODAY.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memandang perlambatan ekonomi di Indonesia terjadi akibat rontoknya sisi permintaan domestik (domestic demand). Padahal permintaan domestik merupakan instrumen andalan bagi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, awalnya Indonesia menjadi negara dengan dampak ekonomi yang tidak begitu terpengaruh signifikan oleh pandemi coronavirus (covid-19). Sebab struktur ekonomi RI mengandalkan permintaan domestik.
“Jika covid-19 itu sudah selesai, ekonomi Indonesia pasti tumbuhnya bisa kembali normal dan bahkan lebih tinggi dalam waktu pendek karena ekonomi kita mengandalkan domestic demand. Dengan penduduk yang banyak jumlahnya, pasti demand konsumsinya masih kuat,” terang Wimboh dalam telekonferensi OJK Webinar di Jakarta, Jumat (5/6/2020).
Wimboh juga menjelaskan, pertumbuhan permintaan domestik Indonesia pada kuartal I-2020 mengalami penurunan signifikan. Akibatnya, ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 2,97 persen di tiga bulan pertama tahun ini.
“Kemarin pertumbuhan kuartal I-2020 hanya 2,97 persen yang tadinya kita proyeksi bisa di atas tiga persen. Ini artinya bahwa dampak ekonomi dari covid-19 itu sangat dinamis,” paparnya.
Menurut Wimboh, penting bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tepat untuk memitigasi dampak pandemi covid-19. Ramuan kebijakan itu harus sesuai dengan struktur ekonomi negara.
“Penting bagi pemerintah di masing-masing negara untuk mengambil kebijakan bagaimana memitigasi dampak dari covid-19 ini sesuai dengan struktur ekonominya, sehingga bisa mempercepat recovery dari dampak covid-19 ini,” tandasnya.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal I-2020 tumbuh 2,97 persen (yoy). Capaian tersebut mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan posisi di kuartal IV-2019 yang tumbuh sebesar 4,97 persen.
Dari sisi pengeluaran, penurunan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 terutama dipengaruhi penurunan permintaan domestik. Konsumsi rumah tangga tercatat 2,84 persen (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pada kuartal IV-2019 sebesar 4,97 persen (yoy).
Investasi juga tumbuh melambat sebesar 1,7 persen (yoy) terutama dipengaruhi oleh melambatnya investasi bangunan. Respons stimulus pemerintah melalui konsumsi pemerintah yang tumbuh 3,74 persen (yoy) dapat menahan perlambatan permintaan domestik lebih dalam. Selain itu, ekspor neto berkontribusi positif dipengaruhi ekspor yang tumbuh 0,24 persen (yoy) dan impor yang mencatat kontraksi 2,19 persen (yoy).
Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan ekonomi terutama didorong oleh melambatnya aktivitas LU Perdagangan dan Penyediaan Akomodasi serta LU Transportasi dan Pergudangan yang dipengaruhi berkurangnya mobilitas masyarakat sebagai dampak dari penerapan langkah-langkah untuk memitigasi covid-19. Di samping itu, kinerja LU Pertanian menurun dipengaruhi perkembangan cuaca yang kurang menguntungkan. (ATN)
Discussion about this post