ASIATODAY.ID, JAKARTA – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyerukan agar aktivitas operasi pertambangan dan pabrik peleburan (smelter) nikel China, PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng), dievaluasi total.
Seruan itu menyusul insiden kecelakaan di dalam pabrik PT GNI yang merenggut dua korban jiwa yakni Nirwan Selle dan Made Devri. Kedua korban tewas diduga terjebak di dalam crane smelter setelah sebelumnya terjadi ledakan tungku 2 di pabrik tersebut, Kamis (22/12/2022) dinihari.
Kedua korban merupakan karywan PT GNI yang mengoperasikan crane, berdomisili dari Kabupaten Parigi Moutong, tengah menjalani masa training, korban satunya berasal dari Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan staff senior pengoperasian creen.
Kecelakaan tragis yang menewaskan dua korban ini, membuka tabir rentetan kecelakaan kerja yang pernah terjadi di perusahaan itu.
“Kami mencatat, aktivitas pertambangan nikel di Kabupaten Morowali Utara telah mendatangkan petaka dan bahaya berkelanjutan bagi masyarakat yang berada di lingkar tambang PT GNI,” kata Aulia Hakim, Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye WALHI Sulawesi Tengah (Sulteng), dalam keterangan tertulisnya yang dikutip, Kamis (29/12/2022).
Berdasarkan data Walhi, tercatat 6 bulan terakhir sudah 3 kali kejadian kecelakaan kerja di PT GNI, mulai dari operator tertimbun longsor, crew smelter yang jatuh, hingga ledakan tungku smelter terbaru kemarin.
Yaser (41) terseret longsor akibat dipaksa mengoperasikan dozer tanpa lampu penerangan ditengah malam, hingga masuk ke laut dengan kedalaman 26 meter pada 24 Juni 2022.
Alif Farhan (2021) hilang saat bekerja crew tungku 6 smelter 1 PT GNI, ia ditemukan tidak bernyawa setelah jatuh disebelah control tuas mesin horolik, 6 Juli 2022.
Nirwana Selle dan Made Devri hangus terbakar akibat ledakan dari tungku Smelter 2 PT GNI, 22 Desember 2022.
Selain di lingkungan PT GNI, kecelakaan kerja juga sering terjadi di dalam kawasan pertambangan nikel ada di Kabupaten Morowali Utara dan juga Kabupaten Morowali. Misalnya saja September 2022 terjadi ledakan smelter di wilayah kerja PT Wangxiang Nickel Indonesia di Kabupaten Morowali dan menelan korban para karyawan hingga luka-luka.
Menurut Aulia, fakta-fakta ini menjadi sebuah ironi. Meski terus menelan korban, pemerintah tak kunjung berani memberikan sanksi tegas terhadap para perusahaan, apalagi kejadian yang bukan hanya sekali dua kali terjadi tanpa adanya sanksi tegas adalah bentuk nyata sikap pemerintah tidak memperhatikan dan mementingkan keselamatan nyawa pekerja dan masyarakat diwilayah tambang.
“Kami mendesak Gubernur Sulteng dan Presiden Jokowi serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) segera memberikan sanksi terhadap PT GNI dan juga perusahan-perusahaan yang telah banyak menelan nyawa para pekerja,” tegasnya.
Aulia memandang, apa yang digaungkan pemerintah dan juga perusahaan terkait penggunaan teknologi oleh perusahan-perusahan tambang nikel di morowali ternyata hanya akal-akalan saja kepada publik.
“Nyatanya banyak sudah nyawa melayang akibat ketidakefisiennya para pelaku bisnis, serta tidak adanya jaminan keselamatan terhadap pekerja tambang, nyawa seseorang tidak bisa digadaikan ataupun setimpal dengan hasil pengerukan nikel di sana,” tandas Aulia Hakim.
Sementara itu, Head of Human Resources and General Affairs PT GNI Muknis Basri Assegaf akhirnya buka suara terkait kecelakaan tersebut.
“Kami turut prihatin atas kejadian yang terjadi dan berbelasungkawa kepada keluarga korban yang ditinggalkan. Ini duka yang mendalam bukan hanya bagi keluarga korban, tapi bagi seluruh keluarga besar PT GNI,” kata Muknis dalam keterangan resmi, yang dimonitor Kamis (29/12/2022).
Muknis menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk membantu proses penanganan kejadian ini dengan mendampingi keluarga korban dari rumah sakit hingga proses pemakaman, mulai dari membantu proses administrasi hingga bantuan berupa santunan untuk keluarga korban.
“Selain itu, langkah cepat yang diambil perusahaan saat ini adalah melakukan evaluasi menyeluruh pada sistem kerja di area smelter selama masa pemeriksaan,” terangnya.
Lebih lanjut lagi, Muknis mengatakan pihaknya akan lebih mengetatkan beberapa prosedur keamanan dan keselamatan di seluruh lini produksi perusahaan yang lain untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa mendatang.
“Ini semua merupakan komitmen dari perusahaan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan seluruh karyawan yang bekerja di PT GNI sekaligus upaya dari kami agar peristiwa memilukan seperti ini tidak sampai terulang di kemudian hari,” tandasnya.
Diresmikan Jokowi
Jauh sebelum kecelakaan kerja ini terungkap, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo secara resmi telah meresmikan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bijih nikel menjadi feronikel milik PT. Gunbuster Nickel Industry (GNI) ini. Smelter ini memiliki kapasitas produksi lebih dari 1 juta ton per tahun.
“Hari ini kita melihat segera, akan kita resmikan smelter yang menghasilkan feronikel. Bayangkan, kalau kita hanya ekspornya dengan bahan mentah,” kata Presiden Jokowi dalam peresmian pabrik tersebut di kawasan Virtue Dragon Industrial Park (VDIP), Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (27/12/2021) sebagaimana ditayangkan Youtube Sekretariat Presiden.
Presiden Jokowi pun mengapresiasi PT. Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang telah membangun pabrik smelter nikel.
Presiden Jokowi menuturkan nilai tambah nikel yang dihasilkan dari smelter tersebut meningkat hingga 14 kali lipat dibanding bahan mentah bijih nikel.
“Ini akan memberikan nilai tambah yang tidak sedikit dari bijih nikel yang diolah menjadi feronikel. Ini akan memberi nilai tambahnya meningkat 14 kali,” kata Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia akan terus berupaya menghentikan ekspor bahan mentah, dengan menerapkan hilirisasi industri di dalam negeri.
Setelah penghentian ekspor bahan mentah nikel, kata Presiden Jokowi, Indonesia akan menghentikan ekspor bahan mentah bauksit.
“Tahun depan akhir, saya sudah berikan pemanasan terlebih dahulu setop bahan mentah bauksit. Tahun depannya lagi akan kita setop lagi untuk minerba yang lainnya,” kata Presiden Jokowi.
Dengan begitu, kata Presiden, mau tidak mau, pelaku industri dan investor akan mendirikan pabrik di Indonesia. Jika hilirisasi terus digencarkan, maka Indonesia mendapat banyak manfaat seperti peningkatan penerimaan pajak, perluasan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga devisa.
“Sehingga kita tidak ekspor lagi yang namanya bahan mentah yang sudah berpuluh-puluh tahun yang kita lakukan tanpa memberi nilai tambah yang besar kepada negara,” tegas Presiden Jokowi.
Sebelumnya, Founder PT GNI, Tony Zhou Yuan mengungkapkan GNI merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Indonesia di bidang hilirisasi minerba, dan menginvestasikan sekitar USD3 miliar dolar untuk kebutuhan produksi dan penunjangnya.
Dalam investasi ini, PT GNI akan membangun 24 lini produksi feronikel dan PLTU berkapasitas sekitar 1.115 MW, total kapasitas 2 juta metric ton.
PT GNI mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) paling mutakhir dan ramah lingkungan di dunia, dengan kadar produksi Nickel Pig Iron (NPI) yang memiliki kadar nikel 10-12 persen. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post