ASIATODAY.ID, JAKARTA – Anggota DPR RI dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Fadli Zon menyoroti pembengkakan utang di era pemerintahan Jokowi saat ini.
Menurut Fadli, saat ini Indonesia tengah terperosok sangat dalam ke jurang utang.
Pandangan Fadli ini sejalan dengan pernyataan ekonom senior Rizal Ramli yang juga menyoroti kinerja pemerintah mengenai masalah bayar bunga utang melalui utang.
“Kita terperosok semakin dalam ke jurang utang. Warisan utang ini tentunya akan menjadi gangguan pemerintahan berikutnya dan generasi mendatang,” tukas Fadli Zon melalui akun Twitternya @fadlizon, dikutip Senin (5/10/2020).
Sebelumnya, Ekonom Senior Rizal Ramli juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kinerja pemerintah yang seakan tak ada habisnya menumpuk utang.
“Makin ambyar. Untuk bayar bunga utang saja harus ngutang. Otoritas fiskal tidak becus, tapi yang diobok-obok sektor moneter. Bukan cari solusi, malah bikin masalah baru, makanya disebut Menkeu “Terbalik,” kicau Rizal Ramli melalui akun Twitternya @RamliRizal.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia naik dari USD408,6 miliar pada Juni 2020 menjadi USD409,7 miliar per Juli 2020. Jumlah utang itu mencapai Rp6.071 triliun per 15 September 2020.
Utang terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD201,8 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD207,9 miliar. Total ULN ini meningkat 4,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Walau demikian, Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan pertumbuhan ULN pada Juli ini melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat meningkat 5,1 persen (yoy).
“Perkembangan ini didorong oleh menurunnya pertumbuhan ULN swasta di tengah pertumbuhan ULN pemerintah yang relatif stabil,” kata Onny melalui keterangan tertulisnya, Selasa (15/9/2020).
Ia merinci utang pemerintah sebesar USD199 miliar atau tumbuh 2,3 persen per Juli. Peningkatan utang karena penarikan sebagian komitmen lembaga multilateral dan penerbitan samurai bonds untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, termasuk guna menangani pandemi covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Sementara, utang swasta meningkat 6,1 persen yang didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin, termasuk sektor pertambangan dan penggalian dan industri pengolahan.
Kenaikan utang membuat rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ikut naik menjadi 38,2 persen dibandingkan Juni 2020 yang sebesar 37,4 persen. Namun, ULN disebut tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan porsi 89,1 persen dari total ULN.
“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, BI dan pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” kata Onny.
Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian. (ATN)
Discussion about this post