ASIATODAY.ID, JAKARTA – Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon resah dengan nasib petani Indonesia saat ini.
Pasalnya, orientasi kebijakan pemerintahan Jokowi belum menempatkan petani sebagai subjek utama dalam memperkuat kedaulatan pangan.
Padahal, petani menjadi basis utama dalam menggerakkan sektor pangan di dalam negeri.
Fadli menyadari, pandemi Covid-19 saat ini menimbulkan dampak besar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pandemi membawa Indonesia pada satu rantai krisis yang sangat serius, mulai dari krisis kesehatan, ekonomi, dan kemudian ancaman krisis pangan.
Fadli memandang, di tengah sejumlah isu politik dan ekonomi yang terus-menerus mendominasi perbincangan publik, isu pangan yang merupakan penopang kehidupan manusia, sama sekali tak boleh diabaikan.
Apalagi di tengah pandemi Covid-19, kecukupan nutrisi adalah faktor yang sangat mempengaruhi daya tahan tubuh. Itu sebabnya, ketersediaan pangan untuk setiap orang haruslah terjamin sedemikian rupa.
Untuk mencukupi ketersediaan pangan dalam negeri, melalui sejumlah regulasi, pemerintah makin membuka akses sektor pertanian bagi korporasi, termasuk membangun Food Estate.
Fadli menyinggung dalam UU omnibus law Cipta Kerja misalnya, para pedagang dan importir diberi keleluasaan sangat besar.
Di atas kertas, sektor pertanian memang harus dikelola sebagai bisnis. Tetapi, ini yang harus dicatat, jangan sampai korporatisasi sektor pangan ini malah meninggalkan petani.
“Seharusnya petanilah yang didorong pemerintah untuk menjadi pebisnis pangan, atau menjadi entrepreneur di bidang pangan, bukan para pengusaha yang sudah punya usaha di bidang lain. Gula-gula bisnis pangan seharusnya dinikmati petani, dan bukannya justru membunuh petani,” ujar Fadli dalam keterangannya, dikutip Sabtu (17/10/2020).
Menyrut Fadli, agar petani bisa menjadi pengusaha pangan, maka iklim usaha tani rakyat harus dikembangkan. Hilirisasi produk pertanian harus dilakukan di desa-desa secara masif, melalui pendirian berbagai industri pengolahan skala kecil dan menengah.
“Jangan lupa, sektor pertanian bisa terus tumbuh di tengah-tengah resesi, karena memang produknya tak tergantikan. Namun, selama ini petani hanya jadi produsen bahan mentah saja, dan tak terhubung secara langsung kepada konsumen. Semua produk pertanian sampai ke konsumen melalui para pedagang yang bukan petani. Sehingga, nilai tambah yang dipetik petani selalu kecil,” jelasnya.
“Di tengah pandemi ini kita harus menyadari petani adalah pahlawan pangan yang sesungguhnya. Itu sebabnya sangat penting mendukung keberlanjutan usaha mereka, terutama mendorong agar petani bisa bertransformasi menjadi pengusaha di bidang pangan,” imbuhnya.
Fadli menegaskan, bantuan-bantuan bagi para petani ke depannya tak bisa lagi hanya sekadar keperluan berproduksi, melainkan untuk keperluan usaha tani secara luas.
“Ini adalah pekerjaan rumah kita yang sangat urgen,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post