ASIATODAY.ID, JAKARTA – Generasi muda di Asia Pasifik menunjukkan berbagai cara yang indah dalam menghadapi situasi Pandemi Covid-19.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh lembaga Plan Internasional bertajuk ‘Better Today’ mengungkap berbagai cara generasi di kawasan itu untuk membuat kondisi menjadi lebih baik meskipun pandemi Covid-19 masih ada hingga saat ini.
Laporan tersebut mengumpulkan wawasan kalangan generasi yang ada di Asia Pasifik untuk berkumpul mendengarkan cerita dan pengalaman pribadi setiap orang selama pandemi Covid-19.
Para generasi muda juga menulis dan berbagi surat empati dan pemberian semangat, serta melihat dunia yang ingin dikunjungi melalui koleksi foto.
Mereka berbicara tentang kehilangan dan rasa sakit yang mereka rasakan sebagai akibat dari dampak Covid-19 pada kehidupan muda mereka, namun tekad dan semangat juang mereka juga muncul.
“Generasi muda di Asia Pasifik ingin mulai membangun hari yang lebih baik,” demikian rilis Plan International yang dimonitor Sabtu (19/2/2022).
Pada tahun kedua pandemi ini, menantang generasi muda di seluruh Asia Pasifik dalam banyak hal.
Pandemi Covid-19 merusak kesehatan fisik dan mental generasi muda dengan membuat orang sakit dan meningkatkan stres mereka dengan lockdown yang berkepanjangan dan prospek yang pesimistis.
Kondisi ini juga menyebabkan tantangan ekonomi yang parah, pembatasan kesempatan pendidikan, dan peningkatan kekerasan berbasis gender secara daring dan luring.
“Cerita dan surat yang dimuat dalam Better Today melukiskan gambaran tentang apa yang sebenarnya berarti bagi individu generasi muda di seluruh Asia Pasifik pada tahun 2021,” demikian laporan tersebut.
Bhagyashri Dengle, Direktur Eksekutif Plan International untuk Asia Pasifik, mengungkapkan kekhawatirannya bahwa pandemi membuat generasi muda di seluruh wilayah masih berjuang dengan beberapa dampak negatif yang sama dari Covid-19 yang terjadi pada 2020 ditambah stres tambahan dan kompleks.
Anak-anak perempuan, khususnya sangat membutuhkan dukungan yang lebih kuat dari pemerintah dan penyedia layanan sosial.
“Plan International memperkirakan ada 13 juta lebih anak perempuan yang berisiko terkena CEFM, dan kemungkinan meningkatnya kehamilan remaja karena COVID-19,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post