ASIATODAY.ID, TOKYO – Eskalasi konflik Rusia dan Ukraina kian menajam setelah kedua negara gagal mencapai kesepakatan damai.
Dunia mulai mengkhawitkan Rusia akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina untuk mempercepat perang berakhir.
Kekhawatiran terbesar disuarakan oleh masyarakat di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang lantaran kedua kota itu pernah mengalami betapa mengerikannya kekuatan bom nuklir.
Otoritas kota Hiroshima dan Nagasaki pun memohon kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak meledakkan bom nuklir dalam perangnya di Ukraina .
Kedua kota menyatakan cukup mereka saja yang merasakan penderitaan pernah dibom atom Amerika Serikat (AS) selama Perang Dunia II tahun 1945.
Wali Kota Hiroshima Kazumi Matsui dan Wali Kota Nagasaki Tomihisa Taue menyampaikan permohonan itu dalam sebuah surat bersama empat hari setelah Operasi militer khusus Rusia ke Ukraina dimulai 24 Februari.
Kedua wali kota itu mengatakan penduduk kota mereka marah dengan ancaman penggunaan senjata nuklir dan memohon solusi damai.
Permohonan mereka datang empat hari sebelum pasukan Rusia menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, Zaporizhzhia.
“Kami menulis surat ini untuk menentang serangan Rusia baru-baru ini ke Ukraina dan retorika yang menyiratkan penggunaan senjata nuklir,” bunyi surat mereka, yang dikutip Huffington Post, Jumat (11/3/2022).
“Perilaku seperti itu merupakan pelanggaran terhadap keinginan kuat para penyintas bom atom, yang telah menyerukan penghapusan senjata nuklir, untuk ‘tidak pernah membiarkan siapa pun di dunia mengalami penderitaan yang sama’,” lanjut mereka.
Para wali kota itu juga menunjukkan bahwa serangan Rusia terjadi tak lama setelah deklarasi bersama bulan Januari kepada dunia yang dibuat oleh lima negara bersenjata nuklir–Prancis, Rusia, Inggris, China, dan AS–bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh diperjuangkan.
“Kita tidak boleh membiarkan ada situs ketiga dari bom atom masa perang setelah Hiroshima dan Nagasaki,” imbuh surat mereka.
Korban Bom Nuklir AS
AS menargetkan Hiroshima pada Agustus 1945, beberapa bulan setelah Perang Dunia II di Eropa dianggap berakhir karena Nazi menyerah. Sekutu telah menyerukan Jepang untuk menyerah sehingga konflik global bisa berakhir, tetapi mengabaikan peringatan dan-setelah Inggris setuju-Amerika menjatuhkan bom nuklir yang dijuluki Little Boy di Hiroshima.
Kilatan cahaya dan awan jamur raksasa meletus, menerjang gedung-gedung dalam radius 2,5 km. Kota itu rata dengan tanah dan diperkirakan 80.000 orang tewas seketika sebagai akibatnya. 35.000 orang terluka dan menghancurkan 52.000 bangunan.
Penyakit akibat radiasi berarti lebih banyak orang meninggal pada tahun-tahun setelahnya, diyakini telah memakan korban hingga 135.000 orang.
Tiga hari kemudian Nagasaki juga menjadi sasaran bom nuklir yang lebih besar yang dijuluki Fat Man. Sekitar 80.000 orang tewas secara keseluruhan, baik dari paparan maupun konsekuensi jangka panjang.
Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, hanya enam hari setelah pengeboman Nagasaki.
Akankah Putin Gunakan Bom Nuklir?
Para pakar belum dapat menyepakati apa yang akan dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin selanjutnya, tetapi belum ada indikasi bahwa dia akan menanggapi kemunduran operasi militer Rusia di Ukraina dengan menggunakan pasokan senjata nuklir.
Namun, dia meningkatkan alarm internasional setelah dia memerintahkan pasukan nuklir Rusia ditempatkan pada tugas tempur.
Diperkirakan bahwa perintah Putin itu untuk mencegah campur tangan NATO di Ukraina. Kekhawatiran atas reaksi konflik nuklir melonjak lagi setelah Rusia menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir Zaoporizhzhia, rumah bagi enam dari 15 reaktor nuklir Ukraina, pada Jumat lalu. (ATN)
Discussion about this post