ASIATODAY.ID, HONG KONG – Aksi demonstrasi di Hong Kong kembali pecah.
Ribuan demonstran turun ke jalan untuk menentang penundaan pemilihan legislatif dan Undang-Undang Keamanan Nasional baru yang diberlakukan oleh China.
Polisi Hong Kong langsung mengambil langkah tegas melepaskan semprotan merica ke arah pengunjuk rasa, Minggu (6/9). Aparat keamanan juga dilaporkan menangkap hampir 300 pengunjuk rasa anti pemerintah.
Melansir Reuters, Pemimpin Hong Kong Carrie Lam menunda pemilihan pada 6 September untuk menentukan posisi di Dewan Legislatif Hong Kong selama satu tahun. Penundaan dilakukan karena munculnya lonjakan kasus Covid-19.
Penundaan tersebut menjadi pukulan bagi kubu oposisi pro-demokrasi yang berharap untuk memenangkan kubu mayoritas di parlemen, dimana hanya setengah kursi dipilih secara langsung dan setengah lainnya ditunjuk oleh anggota partai yang sebagian besar mendukung Beijing.
“Hari ini seharusnya hari pemungutan suara kami. Kami harus melawan untuk mendapatkan suara kami,” kata Wong, seorang wanita berusia 70 tahun yang turun ke jalan bersama dengan ribuan demonstran lainnya.
Otoritas Hong Kong sendiri menegaskan tidak ada motif politik di balik penundaan tersebut. Sementara ribuan polisi ditempatkan di sekitar semenanjung Kowloon yang ramai saat ratusan demonstran melambai-lambaikan plakat dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah yang populer, seperti “Bebaskan Hong Kong”. Slogan-slogan ini sekarang dilarang di bawah undang-undang keamanan yang baru.
Polisi mengatakan, mereka telah menangkap 298 orang. Kebanyakan dari demonstran ditangkap dengan tuduhan menghadiri pertemuan illegal.
Beberapa aktivis terkenal ditangkap selama demonstrasi, termasuk Figo Chan, wakil ketua dari Front Hak Asasi Manusia Sipil dan mantan legislator Leung Kwok-hung. (ATN)
Discussion about this post