ASIATODAY.ID, JAKARTA – Para ilmuwan di Universitas Oxford, Inggris akan segera melakukan uji coba vaksin coronavirus (covid-19) kepada manusia dengan melibatkan 500 sukarelawan yang direncanakan pertengahan Mei mendatang.
Menurut Sarah Gilbert, profesor vaksinologi di Universitas Oxford, pada tahap awal uji coba akan dilakukan pada orang dewasa berusia 18 hingga 55 tahun.
Kemudian akan diperluas untuk kelompok lanjut usia (lansia) sebelum ekspansi fase 3 yang diperkirakan melibatkan 5.000 relawan.
“Skenario terbaik adalah bahwa pada musim gugur 2020, kami sudah punya hasil uji coba dari fase 3 dan kemampuan untuk memproduksi vaksin dalam jumlah besar. Namun, kerangka waktu ini sangat ambisius dan dapat berubah,” terang Gilbert dilansir dari Bloomberg, Sabtu (18/4/2020).
Profesor Gilbert, ilmuwan yang meneliti tentang vaksin di Universitas Oxford sejak 1994, bulan lalu mendapatkan dana hibah USD2,8 juta dari Lembaga Nasional Riset Kesehatan, Penelitian dan Inovasi Inggris. Dukungan ini diberikan untuk meningkatkan upaya timnya meneliti vaksin Covid-19.
Imunisasi eksperimental kelompoknya adalah salah satu yang pertama memasuki uji klinis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghitung sudah ada 70 kandidat vaksin dalam pengembangan, dengan tiga lainnya sedang diuji pada manusia.
Vaksin tersebut berasal dari Inovio Pharmaceuticals Inc. serta kolaborasi antarinstitusi seperti CanSino Biological Inc. dengan Beijing Institute of Biotechnology serta Moderna Inc. dengan National Institute of Allergy and Infectious Diseases.
Penelitian fase 1/2 Gilbert bertujuan membagi 510 peserta menjadi 5 kelompok yang akan diamati selama sekitar 6 bulan dengan opsi untuk kunjungan lanjutan sekitar setahun setelah memasuki masa uji coba.
Satu kelompok akan menerima suntikan vaksin intramuskuler kedua, empat pekan setelah imunisasi awal.
Penelitian ini bertujuan menentukan kemanjuran, keamanan dan imunogenisitas dari kandidat vaksin, bernama ChAdOx1 nCoV-19.
Beberapa penelitian klinis mungkin perlu dilakukan di luar Amerika Serikat jika epidemi di negara tersebut mereda ke titik dimana tidak ada cukup data untuk menguji kemanjuran vaksin.
Menurut Gilbert, kemampuan untuk menentukan kemanjuran vaksin akan dipengaruhi oleh jumlah penularan virus dipopulasi lokal selama musim panas.
“Untuk itu kami sedang mempertimbangkan opsi kerja sama dengan mitra di negara lain untuk meningkatkan kemampuan uji coba ini,” paparnya.
Vaksin ChAdOx1 nCoV-19 disebut sebagai vaksin vektor virus rekombinan yang terbuat dari virus yang tidak berbahaya, adenovirus yang telah diubah untuk menghasilkan protein pemicu virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19.
Vaksin ini bekerja dengan mengutamakan sistem kekebalan untuk mengenali dan menyerang virus corona.
Dengan menggunakan teknik yang sama dengan vaksin virus corona MERS (Middle East respiratory syndrome) yang dikembangkan tim Gilbert sebelumnya, yang menunjukkan efek positif pada hewan dan manusia pada pengujian tahap awal. (ATN)
Discussion about this post