ASIATODAY.ID, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi, pandemi coronavirus (Covid-19) akan menelan biaya ekonomi global hingga USD12 triliun pada akhir tahun depan.
“Pandemi ini krisis, tidak seperti yang lain, kontraksi dalam ekonomi global akan jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya, dan pemulihan “tidak pasti,” kata IMF dalam laporannya yang diterima Jumat (26/6/2020).
Produk domestik bruto (PDB) global diperkirakan turun 4,9 persen tahun ini akibat “Penguncian Besar.” Kemudian pertumbuhan akan mulai melonjak tahun depan sebesar 5,4 persen.
Meski begitu, Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath, memperingatkan, jika tidak ada solusi medis, kekuatan pemulihan sangat tidak pasti dan dampak pada sektor dan negara tidak merata.
Menurut IMF, ekonomi Italia akan mengalami kontraksi sebesar 12,8 persen, sama dengan Spanyol, dan Prancis akan berada di belakang dengan penurunan 12,5 persen. Selanjutnya, ekonomi Inggris akan menyusut 10,8 persen.
Amerika Serikat (AS) diprediksi berkontraksi sebesar 8 persen, sementara China tempat virus Corona pertama kali terdeteksi sebenarnya akan tumbuh sebesar 1 persen ketika langkah-langkah awal melawan wabah mulai berlaku.
Selanjutnya, Timur Tengah dan Asia Tengah akan melambat 4,7 persen. Arab Saudi akan mengalami kontraksi 6,8 persen tahun ini sebelum pulih dengan pertumbuhan 3,1 persen pada 2021.
Kerajaan dipengaruhi volatilitas di pasar energi global dan jatuhnya harga minyak pada April. IMF memperkirakan harga rerata USD36,20 per barel untuk minyak tahun ini, di bawah harga pasar, dan hanya USD37,50 pada 2021, jauh lebih rendah dari perkiraan banyak pakar minyak.
IMF mengatakan, langkah penanggulangan kebijakan di seluruh dunia membatasi kerusakan ekonomi dan memperkuat pasar keuangan.
“Penanggulangan sektor fiskal dan keuangan yang cukup besar dikerahkan di beberapa negara sejak awal krisis mencegah kerugian jangka pendek yang lebih buruk,” jelasnya.
“Stabilitas di pasar minyak juga telah membantu mengangkat sentimen, dengan patokan US West Texas Intermediate dalam kisaran yang stabil,” tambahnya.
Namun, IMF juga memperingatkan bahwa pasar keuangan dan pasar saham tidak mencerminkan pandangan ekonomi pesimistis, meningkatkan kemungkinan bahwa kondisi keuangan dapat memperketat lebih dari yang diasumsikan dalam data dasar.
Meskipun IMF mengisyaratkan bahwa mereka mungkin menurunkan proyeksi globalnya, mengikuti penilaian negatif dari organisasi internasional lainnya seperti Bank Dunia dan OECD, pasar keuangan mengambil laporan itu dengan buruk.
Di New York, Indeks S&P 500 turun 2,69 persen menjadi melayang di atas level 3.000 poin. Minyak mentah Brent, patokan global, kehilangan lebih dari 4 persen tetapi masih bertahan di atas USD 40 per barel. (ATN)
Discussion about this post