ASIATODAY.ID, JAKARTA – Banjir impor Jagung dari China mengancam kelangsungan industri Pati Jagung (Corn Starch) di dalam negeri. Padahal, dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan industri Pati Jagung cukup mengesankan.
Berdasarkan data internal Tereos FKS Indonesia, salah satu produsen Jagung olahan untuk kebutuhan bahan baku pangan olahan, permintaan Corn Starch dalam negeri bertumbuh 116,8 persen dari 278.362 ton pada 2016 menjadi 603.491 ton pada 2018. Ironisnya, lebih dari 65 persen kebutuhan ini diisi oleh produk impor Jagung dari China.
Salah satu penyebabnya adalah persaingan harga yang ketat antara produksi dalam negeri dan produk impor.
“Kami menghadapi kompetisi ketat dengan adanya impor, karena itu investor ragu untuk berinvestasi,” terang Presiden Direktur Tereos FKS Indonesia Laurent Lambert, Kamis (22/8/2019).
Pati Jagung merupakan salah satu bahan baku atau bahan campuran untuk memproduksi produk pangan lain seperti bihun, bakso, sosis dan lainnya.
Menurut Laurent, ada dua hal penting yang dibutuhkan dalam mengembangkan industri ini, yakni aturan jangka panjang yang stabil dan keuntungan atau margin.
Namun, masuknya produk impor dengan harga lebih murah, khususnya dari China membuat persaingan di pasar dalam negeri menjadi sengit. Pasalnya, pemerintah China memberikan sejumlah subsidi atau insentif guna mendukung industri dalam negerinya sehingga produk yang dihasilkan bisa dijual dengan harga lebih murah.
Hal ini membuat konsumen produk serupa di Indonesia memilih untuk lebih memanfaatkan produk impor. Kendati demikian, Laurent optimistis bahwa perusahaan akan terus mengembangkan kapasitasnya.
Selain untuk mempertahankan posisi sebagai pemain nomor 1 di Indonesia, hal ini juga untuk mengambil pasar yang saat ini masih diisi oleh produk-produk impor.
Saat ini Tereos FKS tercatat menguasai 20 persen pasar Pati Jagung dalam negeri dengan produksi 15.000 ton per hari. Selain itu, perusahaan ini juga mengekspor produknya ke berbagai negara seperti Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina dan lainnya. Ekspor Pati Jagung perusahaan mencapai 35.000 ton per tahun atau 20 persen dari total produksinya.
Selain Pati Jagung, perusahaan juga memproduksi Glucose Syrup atau pemanis yang biasanya dipakai untuk membuat permen dan Maltodextrin yang dipakai sebagai bahan campuran untuk bumbu (Seasoning). (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post