ASIATODAY.ID, JAKARTA – Survei IHS Markit Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Januari 2021 tercatat naik 52,2 lebih tinggi dari Desember 2020 sebesar 51,3. Bahkan capaian ini tertinggi sejak 6,5 tahun terakhir.
IHS Markit menyebut bahwa pemulihan di sektor manufaktur Indonesia terus berlanjut pada Januari karena output dan pesanan baru meningkat pada tingkat akselerasi dan kepercayaan bisnis mencapai level tertinggi 4 tahun dan yang paling besar sejak awal dimulainya survei pada April 2011.
Kenaikan PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2021 melampaui capaian PMI manufaktur Vietnam (51,3), kemudian Thailand (49,0), dan Malaysia (48,9). Sementara itu, PMI manufaktur ASEAN pada awal tahun ini berada di level 51,4. Bahkan, PMI manufaktur China mengalami penurunan ke titik 51,3 dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,9.
“Sebuah ekspansi yang solid dan dipercepat dalam pesanan baru telah dicatat selama Januari, dengan kenaikan ketiga berturut-turut secara total baru bisnis terkuat sejak Juli 2014,” tutur Laporan IHS Markit, Senin (1/2/2021).
Bahkan IHS menilai peningkatan baru pesanan mencerminkan pemulihan lebih lanjut dalam permintaan konsumen. Meskipun pesanan ekspor kembali menurun karena pandemi Covid-19 yang masih mempengaruhi kinerja ekspor.
“Turunnya bisnis baru dari luar negeri merupakan yang ke-14 dalam beberapa bulan,” jelasnya.
Peningkatan total pesanan baru mendukung lebih jauh peningkatan produksi manufaktur pada awal 2021. Di samping itu, kepercayaan bisnis juga menguat di bulan Januari, dengan optimisme dipicu harapan diakhirinya pandemi dan peningkatan pesanan baru.
“Faktanya, sentimen mencapai level tertinggi 4 tahun sekitar tiga perempat responden memperkirakan peningkatan output selama tahun mendatang. Sentimen ini yang mendorong optimisme bisnis menyentuh level tertingginya bahkan dalam empat tahun terakhir,” tuturnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut positif pertumbuhan ini.
Menurut Agus, kinerja gemilang dari sektor industri manufaktur di tanah air, juga tampak pada kontribusinya paling besar terhadap nilai ekspor nasional. Pada periode Januari-Desember 2020, industri pengolahan mampu mencatatkan nilai ekspor sebesar USD131,13 miliar atau naik 2,95 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Dengan capaian nilai USD131,13 miliar tersebut, sektor industri menyumbang dominan hingga 80,30 persen dari total nilai ekspor nasional yang mencapai USD163,30 miliar pada tahun 2020,” sebut Agus.
Kinerja positif ini membuat neraca perdagangan sektor manufaktur sepanjang tahun 2020 menjadi surplus US$ 14,17 miliar.
“Inipun mengindikasikan bahwa kinerja sektor industri yang semakin membaik dan para pelaku industri di tanah air masih agresif untuk menembus pasar ekspor,” imbuhnya.
Menperin juga mengemukakan, realisasi penanaman modal sektor industri di tanah air tumbuh 26 persen, dari tahun 2019 yang mencapai Rp 216 triliun menjadi Rp 272,9 triliun pada 2020.
“Kami memberikan apresiasi kepada pelaku industri atas komitmennya merealisasikan investasinya di Indonesia,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada Januari-Desember 2020, sektor industri menggelontorkan dananya sebesar Rp272,9 triliun atau menyumbang 33 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp826,3 triliun.
Hasilnya, realisasi investasi secara nasional pada tahun lalu melampaui target yang dipatok sebesar Rp 817,2 triliun atau menembus 101,1 persen. “Ini capaian yang sangat luar biasa di tengah kondisi pandemi. Bahkan, investasi sektor industri mampu tumbuh double digit,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post