• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

Indonesia Berpotensi Hadapi Krisis Energi

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
November 13, 2020
in Energi Hijau
2 min read
0
Masa Depan Indonesia Bergantung Pada Energi Hijau

Geothermal Energy Station Muara Laboh. Ist

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS
66 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia berpotensi menghadapi kiris energi di masa depan.

Pasalnya, kebutuhan energi minyak dan gas (migas) yang makin meningkat tidak diimbangi dengan produksi yang mencukupi

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan produksi migas 2019 sebesar 1.697 ribu barel setara minyak per hari (mboepd) dari target 2.025 mboepd.

RelatedPosts

Indika Energy Kolaborasi Fourth Partner Energy Kembangkan Energi Surya

Gagas SSTC Energi Terbarukan, RI Galang Afganistan, Madagaskar, Nepal dan Jerman

Indonesia Mulai Garap Optimal Energi Panas Bumi

Indonesia-Denmark Luncurkan Katalog Teknologi Baru Sektor Ketenagalistrikan

Indonesia Targetkan Porsi Gas Bumi Capai 22 Persen pada 2025

“Kebutuhan migas Indonesia saat ini masih harus dibantu oleh impor baik dalam dalam bentuk minyak mentah, LPG dan bensin, meskipun impor bensin relatif menurun,” jelas Djoko dalam forum diskusi virtual APMI, Kamis (12/11/2020).

Djoko mengatakan pada data tahun lalu, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar nabati (BBN) sebesar 64,4 MTOE atau 47 persen dari total konsumsi energi nasional. Bila dijabarkan, untuk bensin rasio impornya menurun 20 persen.

Kemudian kebutuhan LPG Tanah Air mencapai 9,1 metrik ton oil equivalen (MTOE) atau 6,7 persen dari total konsumsi energi nasional.  Sementara produksi LPG di dalam negeri sekitar dua ribu ton. Sedangkan impornya mencapai hampir enam ribu ton.

Di tahun lalu, ketergantungan impor LPG terhadap produksi naik menjadi 291 persen. LPG bukanlah dalam bentuk gas yang berada di dalam tabung, namun dalam bentuk gas minyak yang dicairkan.

“Kalau impor bensin, impor LPG itu terus meningkat, ini tanda-tanda daripada berpotensi terjadinya krisis energi dari jenis komoditas, apalagi belum ditemukannya cadangan dan sumber daya migas baru yang signifikan,” kata Djoko.

Dikatakan, impor minyak mentah juga masih cukup tinggi terutama yang bergantung pada negara timur tengah. Selain itu, cadangan penyangga energi pun belum diperkuat oleh regulasi dari pemerintah.

Djoko mengatakan regulasi tersebut belum diteken oleh Presiden Jokowi. Menurut dirinya regulasi ini penting untuk dikeluarkan untuk mengantisipasi potensi krisis energi.

“Regulasi bertujuan untuk mengakomodir cadangan penyangga energi dan cadangan operasional sebagai solusi ketika terjadinya energi,” jelas mantan Dirjen Migas ini.

Djoko memandang, dibutuhkan substitusi penggunaan bahan bakar fosil dengan mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) serta mengendalikan permintaan energi fosil dengan menggunakan kendaraan listrik dan kompor listrik serta EBT lainnya.

Untuk mendorong tercapainya target peningkatan produksi minyak satu juta barel per hari (bph), maka kegiatan hulu migas harus dijalankan out of the box atau keluar dari business as usual. Artinya tidak hanya mengandalkan kegiatan rutin, namun juga harus ada upaya ekstra untuk mencapainya misalnya dengan memasifkan kegiatan eksplorasi.

Indonesia harusnya tidak kesulitan kata Djoko karena Indonesia memiliki dana eksplorasi sebesar USD2,5 miliar yang berasal dari komitmen kerja pasti (KKP) yang bisa digunakan untuk mendorong kegiatan eksplorasi.

“Harus bergerak lebih cepat dengan menggunakan teknologi yang tersedia, ” imbuhnya. (ATN)

Tags: Energi Baru TerbarukanKrisis Energi
Previous Post

Biden Mulai Konsolidasi dengan Sekutu di Asia, Perkuat Tatanan Indo Pasifik

Next Post

Jokowi Dorong Kemitraan ASEAN-Korea Selatan Perkuat Ketahanan Kesehatan

Related Posts

Gagas SSTC Energi Terbarukan, RI Galang Afganistan, Madagaskar, Nepal dan Jerman
Energi Hijau

Gagas SSTC Energi Terbarukan, RI Galang Afganistan, Madagaskar, Nepal dan Jerman

March 5, 2021
Indonesia Mulai Garap Optimal Energi Panas Bumi
Energi Hijau

Indonesia Mulai Garap Optimal Energi Panas Bumi

March 4, 2021
Indonesia Bangun 25 Sistem Smart Grid Hingga 2024
Energi Hijau

Indonesia-Denmark Luncurkan Katalog Teknologi Baru Sektor Ketenagalistrikan

March 4, 2021
Taiwan Sulap Kawasan Bekas Gempa Jadi Taman Ekologi Energi Listrik
Energi Hijau

Tsai Ing-wen: Taiwan Pimpin Transformasi Energi di Asia

February 21, 2021
Moto GP Mandalika Disokong Energi Listrik Pembangkit Tenaga Surya 5 MW
Energi Hijau

PLTS Komunal Siap Dibangun di Nusa Tenggara Timur

February 21, 2021
Indonesia Siap Bangun PLTS Apung di 11 Bendungan di Pulau Jawa
Energi Hijau

Indonesia Siap Bangun PLTS Apung di 11 Bendungan di Pulau Jawa

February 16, 2021
Next Post
Jokowi Dorong Kemitraan ASEAN-Korea Selatan Perkuat Ketahanan Kesehatan

Jokowi Dorong Kemitraan ASEAN-Korea Selatan Perkuat Ketahanan Kesehatan

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Jelajahi Dubai Bersama Emirates dan Nikmati Akomodasi Gratis
  • PermataBank Raih Pendapatan Rp3,8 Triliun Sepanjang 2020
  • China: Indonesia Mitra Kunci di Asia Tenggara
  • Riset: 80 Persen Perempuan di Dunia Jadi Korban Pelecehan Seksual Melalui Ponsel
  • Murban Energy UEA Siap Investasi Resort Mewah di 4 Pulau di Aceh
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.