ASIATODAY.ID, JAKARTA – Proses ratifikasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Australia (IA-CEPA) telah rampung. Kini, kedua negara mulai menyusun rencana implementasi perjanjian tersebut.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, untuk memulai proses implementasi, kedua negara sudah menyusun 100 hari kegiatan yang akan dilakukan. Rencana 100 hari disusun agar IA-CEPA dapat segera dirasakan manfaatnya.
“Ada beberapa hal yang akan dilakukan dalam 100 hari pertama, antara lain kunjungan bisnis oleh Australia yang akan dipimpin Menteri Perdagangan mereka,” terang Menlu Retno di Jakarta, dalam keterangan tertulis Sabtu (16/2/2020).
Kegiatan kedua kata Retno, adalah identifikasi kerja sama investasi Indonesia dan Australia di bidang infrastruktur. Nantinya juga akan ada kunjungan investor besar dari Australia ke Indonesia.
Retno melanjutkan, begitu IA-CEPA berlaku, working holiday visa yang didapatkan Indonesia akan bertambah kuotanya, dari 1.000 menjadi 4.100.
“Setelah itu akan naik per tahun sampai pada tahun keenam mencapai 5.000,” jelasnya.
Kerja sama IA-CEPA juga akan memperkuat bidang lainnya, termasuk mengenai pendidikan.
“Hingga Indonesia betul-betul terintegrasi dalam rantai nilai global,” imbuhnya.
Pembahasan implementasi IA-CEPA dilakukan Indonesia dan Australia dalam pertemuan pemimpin kedua negara di Canberra, 9-10 Februari kemarin. Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa IA-CEPA dapat meningkatkan keterbukaan kedua negara di bidang perdagangan, investasi dan pariwisata.
DPR RI meratifikasi UU IA-CEPA pada 6 Februari 2020. Ratifikasi itu menyusul penandatanganan kesepakatan IA-CEPA kedua negara yang dilakukan pada 4 Februari 2019 yang sudah dibicarakan selama sembilan tahun.
Dalam perjanjian yang telah ditandatangani tersebut, Indonesia akan memangkas bea impor sebesar 94 persen untuk produk asal Negeri Kanguru secara bertahap. Sebagai gantinya, 100 persen bea impor produk asal Indonesia yang masuk ke Australia akan dihapus.
Produk-produk Indonesia yang ekspornya berpotensi meningkat ke Australia adalah produk otomotif, khususnya mobil listrik dan hibrida. Ini dikarenakan IA-CEPA memberikan persyaratan kualifikasi konten lokal yang lebih mudah untuk kendaraan listrik dan hibrida asal Indonesia dibanding negara lainnya.
Selain otomotif, ekspor produk Indonesia yang berpotensi meningkat adalah kayu dan turunannya, termasuk furnitur, tekstil dan produk tekstil, ban, alat komunikasi, obat-obatan, permesinan, dan peralatan elektronik. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post