ASIATODAY.ID, NUSA DUA – Indonesia mendorong pertumbuhan perusahaan perintis atau startup di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) di Asia Pasifik.
Langkah ini sebagai upaya untuk memastikan transisi hijau yang cepat dan lingkungan global yang lebih bersih di tengah tantangan global menghadapi perubahan iklim.
“Beberapa tahun belakangan ini, konsep ‘green growth’ telah menjadi topik diskusi anggota ekonomi APEC sebagai jalur pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. APEC Energy Working Group juga mempromosikan kemajuan energi bersih dan rendah karbon sebagai bagian dari key objective pada APEC Energy Working Group Strategic Plan 2019-2023,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Arifin Tasrif saat membuka gelaran APEC Workshop on Clean Energy Start-Ups Forum “Advancing Market Reach and Business Growth” yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, Selasa (13/12/2022).
Arifin mengatakan bahwa startup dapat menjadi pelopor bagi generasi muda untuk menunjukkan kontribusi nyata pada sektor energi bersih. Startup energi bersih hadir dengan berbagai terobosan. Beberapa perusahaan membangun teknologi surya dan angin, serta pembiayaan proyek-proyek tersebut. Sementara startup yang lain menawarkan baterai yang efisien dan ramah lingkungan, atau mengeksplorasi potensi micro grid untuk memanfaatkan iklim lokal daerah setempat.
“Terdapat ribuan startup energi terbarukan. Startup ini perlu berfokus pada teknologi, karena teknologi adalah game changer dalam menciptakan sistem energi yang berkelanjutan. Teknologi adalah kunci transisi energi, dan pada akhirnya untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE). Maka dari itu, kita perlu meningkatkan teknologi seluas-luasnya,” tandas Arifin.
Selain itu, Arifin juga mengatakan bahwa inovasi harus selalu didorong dan disebarluaskan. Akses kepada penggunaan dan pemanfaatan teknologi harus dibuat lebih inklusif. Selanjutnya, akses ke teknologi yang terjangkau dan pembiayaan juga harus dieksplorasi secara masif.
Selain itu, ada beberapa teknologi yang akan berperan besar dalam transisi energi di Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, seperti solar teknologi, termasuk juga sistem integrasi; smart-grid; energy storage; hidrogen; dan kendaraan listrik.
“Indonesia akan membangun 700 Giga Watt (GW) pembangkit EBT, berasal dari energi surya, angin, air, bioenergi, arus laut, panas bumi, dan nuklir. Kami juga akan mengembangkan unit pengolahan dan pemurnian mineral untuk meningkatkan nilai tambah mineral, seperti nikel dan kobalt yang akan dimanfaatkan memproduksi baterai untuk kendaraan dan storage,” tutur Arifin.
Arifin juga menyampaikan bahwa startup energi bersih dan emerging business dipandang sebagai instrumen kunci, yang diharapkan memiliki peran yang penting dalam percepatan pengembangan EBT.
“Saya berharap forum ini dapat menjadi hub dalam merevisi sistem energi kita dan memperkuat kolaborasi dan kerja sama dalam mencapai bisnis startup energi bersih yang berkelanjutan. Saya juga berharap para stakeholder dalam forum ini dapat menyusun rekomendasi kebijakan untuk mengakselerasi pertumbuhan start-up energi bersih pada APEC economies. Mengaktifkan dan mendukung pertumbuhan start-up akan memajukan sektor energi di Asia Pasifik untuk mencapai target pada tahun 2030,” pungkas Arifin.
Workshop hari pertama menghadirkan narasumber dari Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Tjut Devi, Comestoarra Bentarra Noesantarra Arief Noerhidayat, Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) Budi Martokeosoemo, Yayasan Indonesia Cerah Adhityani Putri, dan Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) I Made Aditya Suryawidya.
Sebagai informasi, Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) Workshop on Clean Energy Start-Ups Forum “Advancing Market Reach and Business Growth” diselenggarakan di Bali, 13-15 Desember 2022.
Workshop ini bertujuan untuk menyediakan platform bagi startup energi bersih, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk berbagi ide dan pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas startup energi dan akan menghasilkan rekomendasi kebijakan, sehingga secara kolaboratif dapat mempercepat pertumbuhan start-up energi bersih di seluruh Indonesia. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post