ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia menargetkan ekspor filet Patin ke Arab Saudi bisa mencapai 1.000 ton hingga akhir tahun guna memenuhi kebutuhan jemaah haji dan umrah. Pasalnya, permintaan Patin asal Indonesia sangat tinggi mencapai 2.000 ton per tahun.
Menurut Direktur Pemasaran Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Kelautan dan Perikanan Machmud, ekspor Patin Indonesia ke Arab Saudi yang baru dimulai tahun ini belum bisa maksimal menyusul adanya pelarangan impor patin dari Vietnam. Pelarangan tersebut dipicu oleh berkembangnya isu penyakit dan pencemaran di Sungai Mekong.
“Kita baru mengekspor 300 ton Patin untuk kebutuhan haji, sekarang ada permintaan lagi, kita persiapkan untuk ke sana,” terang Machmud, Senin (19/8/2019).
Machmud mengungkapkan, pasar Patin sangat potensial di Arab Saudi. Selain untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji dan umrah, juga untuk kebutuhan masyarakat setempat.
UN Comtrade Database International Statistics mencatat bahwa pada 2017, kebutuhan ikan Patin secara global mencapai 640.870 ton. Amerika Serikat menjadi pasar utama dengan kebutuhan mencapai 17% dari total permintaan yang ada, disusul Meksiko dengan 9%, China 8%, Brasil 7%, dan Arab Saudi 5%. Sama seperti di Arab Saudi, pasokan Patin ke negara-negara tersebut selama ini dipenuhi oleh produk Vietnam dan Myanmar.
Adanya isu pencemaran seharusnya bisa menjadi celah bagi Indonesia untuk mengenalkan produk Patinnya ke negara-negara tersebut.
Kendati demikian, Machmud belum berani menggarap pasar di negara-negara tersebut. Alasan utamanya adalah harga patin asal Indonesia masih kalah bersaing. Untuk bisa dikespor, harga patin setidaknya harus ada di angka Rp16.000 per kilogram (kg).
“Kendala kita, tidak banyak penghasil patin di dalam negeri yang bisa memenuhi harga tersebut. Harga pasaran Patin di Indonesia masih ada di angka Rp19.000 per kg. Sementara harga ekspor maksimum Rp16.000 per kilo,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post