ASIATODAY.ID, WASHINGTON – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan terus mendorong peningkatan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) sebagai mitra strategis dan pasar ekspor utama Indonesia.
Dalam menjaga pasar ekspor ke AS, penting bagi Indonesia untuk mempertahankan Generalized System Preference (GSP).
“Fasilitas GSP yang diberikan AS dapat meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar AS. Selain itu, GSP juga bermanfaat bagi industri AS untuk mendorong ekspornya ke pasar global. Dengan membeli bahan baku dari Indonesia yang berkualitas dan harganya bersaing, produk ekspor AS dapat menjadi lebih kompetitif di pasar dunia,” terang Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto melalui keterangan tertulisnya, yang diterima Kamis (19/2/2020).
Menurut Mendag, berbagai isu yang menjadi hambatan akses pasar AS ke Indonesia sebagaimana dituangkan dalam GSP Country Practice Review 2018 telah diselesaikan Kemendag bersama kementerian lembaga terkait antara lain Kemenko Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, OJK, BI sejak 2018. Hal ini termasuk dua isu yang masih tersisa yaitu reasuransi dan izin impor produk hortikultura.
Dalam menjawab kepentingan AS untuk menyeimbangkan neraca perdagangannya dan peningkatan perdagangannya dan mengurangi defisit, Indonesia mengharapkan kedua negara dapat meningkatkan dua kali lipat nilai perdagangannya. Ke depan Indonesia-AS menargetkan peningkatan perdagangan menjadi dua kali lipat sehingga menjadi USD60 miliar pada 2024.
“Potensi perdagangan kedua negara masih banyak yang dapat dikembangkan. Perdagangan baik barang maupun jasa kedua negara dapat terus ditumbuhkan ekspornya sehingga dapat mengurangi defisit AS dan meningkatkan ekspor Indonesia,” kata Agus.
Indonesia, lanjut Mendag, akan membeli lebih banyak produk asal AS untuk memenuhi kebutuhan bahan baku/penolong bagi industri dalam negeri, antara lain produk kapas, kedelai, jagung, gandum, dan hortikultura.
Selain itu, Indonesia juga akan menawarkan produk-produk yang lebih kompetitif ke pasar AS seperti travel bags, perikanan, buah-buahan, perhiasan, TPT, besi baja, elektronik. Mendag juga telah menyelesaikan dua isu akses pasar AS yang masih tersisa untuk mempertahankan GSP AS.
Mendag juga mengungkapkan, untuk menjaga hubungan perdagangan dan investasi dengan AS sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo Kemendag akan fokus pada deregulasi atau penyederhanaan perizinan dan reformasi birokrasi, serta transformasi ekonomi termasuk penguatan SDM dan pembangunan infrastruktur.
“Intinya untuk menumbuhkan perdagangan dan investasi serta menciptakan lapangan kerja,” imbuhnya.
Kemudian dalam meningkatkan akses pasar, Kemendag juga segera menyelesaikan perundingan yang masih berjalan dengan beberapa negara mitra, antara lain Uni Eropa, Turki, Pakistan, Tunisia, Bangladesh, Maroko, dan yang paling penting dengan 16 negara yang tergabung dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional.
Pada 2019, total perdagangan barang Indonesia-AS baru mencapai USD26,97 miliar. Pada periode tersebut ekspor Indonesia ke AS sebesar USD17,72 miliar dan impor Indonesia dari AS tercatat sebesar USD9,26 miliar. Dengan demikian, Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar USD8,46 miliar.
Produk ekspor utama Indonesia ke AS adalah udang, karet alam, alas kaki, pakaian jadi, dan ban. Sementara, impor utama Indonesia dari AS adalah kedelai, kapas, tepung, suku cadang pesawat, dan gandum. Sementara total nilai investasi AS di Indonesia pada 2019 tercatat sebesar USD989,3 juta. Beberapa sektor investasi AS terdiri dari 788 proyek di sektor pertambangan; industri listrik, gas dan air; serta industri jasa. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post