ASIATODAY.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, Pasar Modal Indonesia memimpin jumlah pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) tertinggi diantara seluruh negara di Asia Tenggara selama pandemi Covid-19.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen melaporkan, jumlah perusahaan yang telah memperoleh pernyataan efektif untuk melakukan IPO hingga November 2020 mencapai 46 emiten baru.
“Penambahan jumlah emiten tersebut juga merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan seluruh negara di kawasan ASEAN,” jelas Hoesen di forum webinar yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (14/12/2020).
Hingga 14 Desember 2020, BEI telah kedatangan dua tambahan emiten baru, yakni PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU) dan PT Trimitra Prawara Goldland Tbk (ATAP). Dengan demikian, jumlah IPO di sepanjang tahun ini telah mencapai 48 emiten.
Menurut Hoesen, Pasar Modal Indonesia sebenarnya juga tak luput dari tekanan pandemi Covid-19. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terpuruk di titik terendah pada Maret 2020 yakni di posisi 3.937,63.
Namun pada 7 Desember 2020, IHSG sudah kembali menguat dan berada pada posisi 5.930,76, atau tumbuh minus 5,85 persen year to date.
Sementara pada sesi penutupan perdagangan Jumat (11/12/2020) akhir pekan lalu, IHSG ditutup di posisi 5.938,42 poin, naik 0,08 persen dari sesi penutupan Kamis (10/12/2020) sebelumnya.
Hoesen mengungkapkan, nilai kapitalisasi pasar (market cap) di Bursa Efek Indonesia telah mencapai lebih dari Rp6.895 triliun.
“Angka ini juga tertinggi di Asia Tenggara. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan peer country di ASEAN, seperti Singapura yang mengalami minus 12,25 persen, Thailand minus 8,23 persen, dan Filipina minus 7,83 persen,” urainya.
“Berbagai data indikator pasar modal kita di atas menunjukan bahwa kepercayaan publik dan calon emiten terhadap Pasar Modal Indonesia masih cukup tinggi. Kami optimis pasar modal kita ke depan masih akan membukukan kinerja yang lebih baik lagi,” imbuhnya.
IDX ESG Leaders
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan indeks baru IDX ESG Leaders. Melalui Pengumuman Bursa Nomor Peng-00363/BEI.POP/12-2020 tanggal 8 Desember 2020, BEI telah menetapkan 30 saham emiten besar.
Kriteria penetapan saham yang masuk ke dalam IDX ESG Leaders antara lain memiliki penilaian Environmental, Social, and Governance (ESG) yang baik, tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan, memiliki likuiditas transaksi, serta kinerja keuangan yang baik.
Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono mengungkapkan bahwa, pihaknya berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan investasi berkelanjutan dan peningkatan praktik ESG di Pasar Modal Indonesia.
Hal ini ditunjukkan dengan bergabungnya BEI menjadi anggota United Nations Sustainable Stock Exchange (SSE) Initiative sejak April 2019, dan melalui berbagai inisiatif yang telah dituangkan dalam Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan.
“Peluncuran Indeks IDX ESG Leaders mempertegas komitmen BEI dalam mendorong praktik ESG dan menjadi salah satu milestone dalam penerapan investasi berkelanjutan di Indonesia,” kata Yulianto, melalui keterangan tertulisnya, Senin (14/12/2020).
Indeks IDX ESG Leaders dibangun berdasarkan penilaian risiko ESG yang mengukur sejauh mana penerapan ESG dilakukan oleh perusahaan tercatat berdasarkan eksposur risiko di masing-masing bidang usaha. BEI bekerjasama dengan Sustainalytics, lembaga independen yang bergerak dalam bidang penelitian ESG dan tata kelola perusahaan dalam penyediaan data ESG.
“Data ESG yang disediakan berupa penilaian risiko ESG dan analisis kontroversi yang akan menjadi dasar dalam penetapan konstituen Indeks IDX ESG Leaders,” jelas Yulianto.
Proses pemilihan konstituen Indeks IDX ESG Leaders dilakukan sebagai berikut:
1. BEI menetapkan saham-saham semesta untuk pemilihan Indeks IDX ESG Leaders yaitu dari konstituen Indeks IDX80 yang memiliki skor risiko ESG dari Sustainalytics
2. Mengeluarkan saham-saham dengan kontroversi tinggi (kategori 4 dan 5)
3. Mengeluarkan saham-saham dengan skor risiko ESG pada kategori tinggi (high) dan berat (severe)
4. Dari saham-saham yang tersisa, berdasarkan nilai risiko ESG terendah ditentukan konstituen Indeks IDX ESG Leaders terpilih yaitu sebanyak paling sedikit 15 saham dan paling banyak 30 saham.
Yulianto menyampaikan, evaluasi berkala atas IDX ESG Leaders yakni Evaluasi Mayor akan dilakukan pada awal Maret dan September. Sedangkan Evaluasi Minor pada awal Juni dan Desember.
“Hasil evaluasi indeks akan berlaku efektif di hari Rabu ketiga pada bulan evaluasi atau Hari Bursa setelahnya apabila bukan merupakan Hari Bursa,” ungkapnya.
Metode penghitungan Indeks IDX ESG Leaders menggunakan metode Capped Free Float Adjusted Market Capitalization Weighted & ESG Tilt Factored dengan diterapkan pembatasan bobot saham paling tinggi sebesar 15 persen yang disesuaikan pada saat evaluasi. Indeks IDX ESG Leaders telah dihitung sejak hari dasarnya pada 4 Februari 2014 dengan nilai dasar 100.
“Di masa mendatang, selain dapat digunakan oleh investor sebagai panduan untuk berinvestasi, diharapkan kehadiran Indeks IDX ESG Leaders ini juga dapat digunakan sebagai underlying produk-produk pasar modal, seperti reksa dana dan Exchange Traded Fund (ETF), sehingga investor dapat lebih mudah berinvestasi dengan Indeks ESG Leaders sebagai acuan,” tutur Yulianto.
Berikut daftar 30 saham yang masuk ke dalam IDX ESG Leaders:
1. PT Ace Hardware Tbk (ACES)
2. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
3. PT Astra International Tbk (ASII)
4. PT Bank Centrak Asia Tbk (BBCA)
5. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
6. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBNI)
7. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
8. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
9. PT Ciputra Development Tbk (CTRA)
10. PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS)
11. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)
12. PT XL Axiata Tbk (EXCL)
13. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)
14. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
15. PT Indosat Tbk (ISAT)
16. PT Jasa Marga Tbk (JSMR)
17. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)
18. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)
19. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
20. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
21. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)
22. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
24. PT Summarecon agung Tbk (SMRA)
24. PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM)
25. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)
26. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
27. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
28. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
29. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
30. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD). (ATN)
Discussion about this post