ASIATODAY.ID, SEOUL – Inflasi utama Korea Selatan (Korsel) menyentuh level tertinggi dalam 24 tahun pada 2022 akibat harga energi global yang lebih tinggi, menurut data dari kantor statistik negara itu pada Jumat (30/12).
Indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) berada di angka 107,71 pada 2022, naik 5,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Statistics Korea. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam 24 tahun sejak 1998.
Inflasi harga konsumen masih berada di bawah 1 persen dengan 0,4 persen pada 2019 dan 0,5 persen pada 2020, sebelum naik menjadi 2,5 persen pada 2021 akibat bahan baku yang mahal dan permintaan terpendam (pent-up demand).
Inflasi utama itu melampaui target jangka menengah Bank of Korea (BOK) sebesar 2 persen untuk tahun kedua berturut-turut.
Untuk mengatasi inflasi yang tinggi, BOK mulai menaikkan suku bunga acuan pada Agustus tahun lalu, naik dari rekor terendah 0,50 persen menjadi 3,25 persen.
Ekspektasi yang tinggi untuk kenaikan lebih lanjut suku bunga BOK terjadi saat Federal Reserve Amerika Serikat menaikkan suku bunga utamanya sebesar 0,50 poin persentase ke kisaran 4,25-4,50 persen.
Inflasi yang tinggi pada 2022 didorong oleh biaya energi yang lebih tinggi akibat risiko geopolitik di Eropa.
Harga produk industri, termasuk produk minyak, naik 6,9 persen pada tahun ini. Harga produk minyak melonjak 22,2 persen, yang tertinggi dalam 24 tahun.
Harga makanan olahan naik 7,8 persen pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.
Harga listrik, gas alam, dan air keran melonjak 12,6 persen pada 2022, membukukan rekor tertinggi sejak data terkait mulai dicatat pada 2010.
Harga produk pertanian, peternakan, dan perikanan naik 3,8 persen pada 2022, setelah naik 8,7 persen pada tahun sebelumnya.
Permintaan terpendam, yang disebabkan oleh pencabutan semua kebijakan anti-COVID-19 kecuali mandat penggunaan masker di dalam ruangan, mendongkrak harga layanan, terutama biaya makan di luar.
Harga layanan pribadi, seperti biaya makan di luar, naik 5,4 persen pada tahun ini, mencapai rekor tertinggi sejak 1996. Harga layanan publik naik 0,8 persen.
Pengeluaran untuk makan di luar melonjak 7,7 persen pada 2022, menjadi yang tertinggi dalam 30 tahun sejak 1992.
Indeks mata pencaharian, yang mengukur harga kebutuhan sehari-hari, melonjak 6,0 persen pada 2022, yang tertinggi sejak 1998.
Harga konsumen inti, yang tidak menyertakan produk pertanian dan minyak yang fluktuatif, naik 4,1 persen pada tahun ini, sedangkan harga inti metode Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD), tidak termasuk biaya energi dan makanan yang fluktuatif, naik 3,6 persen.
Pada Desember, harga konsumen naik 5,0 persen dalam basis tahunan, berada di atas angka 5,0 persen selama delapan bulan beruntun.
Setelah memuncak di angka 6,3 persen pada Juli, inflasi harga konsumen melambat menjadi 5,7 persen pada Agustus, 5,6 persen pada September, 5,7 persen pada Oktober, dan 5,0 persen pada November. (Xinhua)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post