ASIATODAY.ID, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, pada Rabu (16/3/2022) memimpin groundbreaking pabrik Katalis Merah Putih di Cikampek, Jawa Barat.
Pabrik katalis merah putih yang diberi nama PT Katalis Sinergi Indonesia (PT KSI) ini dibangun dengan investasi sekitar Rp286 Miliar dengan kapasitas terpasang sebsar 800 ton/tahun dan berlokasi di Kawasan Industri Cikampek. Pembangunan pabrik diperkirakan akan selesai dalam waktu 13 bulan.
Pabrik katalis ini merupakan salah satu Program Strategis Nasional (PSN) Bahan Bakar Hijau yang diproyeksikan dapat menghasilkan katalis untuk memproduksi green fuel sehingga berkontribusi dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), khususnya sektor bioenergi dan turut mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
“Pemerintah mengapresiasi PT Pertamina Lubricants, PT Pupuk Kujang Cikampek dan PT Rekacipta Inovasi ITB, atas niat baik dan aksi nyata melalui pembentukan PT Katalis Sinergi Indonesia untuk bekerja sama dalam memanfaatkan kemampuan, pengalaman, sumber daya, dan fungsi yang dimilikinya dalam upaya penyediaan katalis nasional khususnya katalis untuk memproduksi green fuel, yang diharapkan dapat mendukung pencapaian target kebijakan energi nasional,”ujar Arifin saat groundbreaking pabrik tersebut.
Berdirinya pabrik katalis ini karena terjadinya sinergi antar institusi yakni antara institusi pendidikan, industri dan perbankan. Dan sinergi seperti ini, menurut Arifin, harus terus dikembangkan untuk produk-produk yang lain.
“Kita melihat bahwa yang terlibat dalam kegiatan ini adalah konsorsium dari badan-badan usaha BUMN, nah inilah sinergi yang harus terus kita tumbuh kembangkan, kita harapkan inisiatif daripada penelitian, inovasi ini terus bisa dikembangkan menjadi satu bentuk industri,” kata Arifin.
Ditegaskan Arifin, Indonesia memerlukan teknologi dan para intelektual untuk melakukan proses-proses penelitian dan untuk itu harus ada sinergi antarlembaga.
“Sudah lama sekali kita selalu menggaung-gaunggkan, kita harus memiliki teknologi sendiri untuk bisa mengisi keperluan bangsa ini untuk mendukung petumbuhan ekonomi kedepan kita bisa melakukan kemandirian disegala hal,” lanjut Arifin.
Selanjutnya, kepada PT Katalis Sinergis Indonesia Arifin berharap agar terus dapat mengembangkan katalis bukan hanya yang dibutuhkan dalam negeri saja, namun juga dapat membuat katalis yang dibutuhkan dunia, serta menjaga kualitas dan melakukan diversifikasi energi.
“Katalis-katalis yang ada sekarang saya yakini hanya permulaan saja, karena ini hanya merupakan inisiasi yang memang diperlukan untuk industri kita, tapi kita juga berharap katalis ini mampu masuk ke pasar dunia, dan itu memang dibutuhkan upaya-upaya bagaimana meningkatkan kualitas daripada produk-produknya, mampu berkompetisi didunia internasional sehingga pabrik ini mungkin menjadi lebih besar ke depan,” imbuh Arifin.
Saat ini Indonesia hanya memiliki 1 (satu) pabrik katalis dengan lisensi Jerman sehingga terjadi keterbatasan pemenuhan katalis nasional.
Berdasarkan catatan yang ada, nilai kebutuhan katalis di Indonesia saat ini mencapai lebih kurang USD 500 juta, dan diproyeksi meningkat dengan CAGR 6%, hampir seluruh kebutuhan nasional diimpor dari luar negeri. Volume kebutuhan katalis di Indonesia yakni untuk Industri Petrokimia sebesar +- 1500 Ton/tahun, Oleokimia sebesar +- 800 Ton/tahun dan untuk industri Refinery sebesar +- 18.000 Ton/tahun. (ATN)
Discussion about this post