ASIATODAY.ID, BEIJING – Industri metaverse kini menjadi garapan baru perusahaan-perusahaan teknologi China.
Morgan Stanley mengungkap, perusahaan-perusahaan teknologi China mulai dari Tencent hingga Alibaba dan ByteDance, berinvestasi di metaverse dengan nilai mencapai USD8 triliun atau setara Rp114.702 triliun di masa depan.
Metaverse bisa didefinisikan sebagai dunia maya, di mana semua orang bisa bermain dan berinteraksi dengan sesama melalui avatar (karakter buatan) masing-masing yang unik.
Analis mengatakan bahwa realitas virtual, game, dan media sosial dapat menjadi beberapa aplikasi awal dari metaverse.
Di dunia ini, Anda dapat membeli item virtual dalam game atau membuat avatar digital diri Anda sendiri untuk berpartisipasi dalam rapat.
“Metaverse adalah masa depan jejaring sosial. Semua raksasa teknologi China harus merangkulnya untuk menemukan cara baru untuk melibatkan generasi pengguna internet termuda,” kata Winston Ma, Managing Partner di CloudTree Ventures kepada CNBC.
Pada bulan November, CEO Tencent Pony Ma mengatakan metaverse akan menjadi peluang untuk menambah pertumbuhan. Tencent adalah perusahaan game terbesar di dunia dengan portofolio game PC dan seluler yang kuat.
Tencent juga memiliki WeChat, layanan perpesanan dengan lebih dari 1 miliar pengguna yang memiliki media sosial.
Ma mengatakan Tencent memiliki teknologi dan fondasi untuk mengeksplorasi dan mengembangkan metaverse.
Sementara itu, ByteDance juga telah melakukan ekspansi agresif ke dalam game selama setahun terakhir.
Pada bulan Agustus, perusahaan mengakuisisi pembuat headset realitas virtual Pico.
ByteDance juga memiliki TikTok, aplikasi video bentuk pendek, dan Douyin. Perusahaan yang berkantor pusat di Beijing ini telah mengembangkan virtual reality, media sosial, dan game.
Alibaba tahun ini mengatakan berencana untuk meluncurkan kacamata augmented reality untuk pertemuan virtual. Augmented reality mengacu pada gambar virtual yang dihamparkan di dunia nyata.
Raksasa e-commerce ini juga meluncurkan “influencer virtual” bernama Dong Dong untuk Olimpiade Musim Dingin di Beijing. Avatar digital ini dapat ditemukan di aplikasi belanja Taobao Alibaba dan memberikan fakta tentang Olimpiade dan juga mempromosikan barang-barang yang terkait dengan Olimpiade.
NetEase, salah satu raksasa game China lainnya, telah mendirikan kantor di provinsi selatan Hainan yang berfokus pada pengembangan aplikasi metaverse.
Raksasa pencarian Baidu meluncurkan aplikasi metaverse tahun lalu yang disebut XiRang, semacam dunia virtual yang dapat menampung hingga 100.000 orang sekaligus.
Baidu mengatakan aplikasinya belum sempurna dan bisa memakan waktu 6 tahun lagi sampai peluncuran penuh.
Sensor Pemerintah dan Larangan Kripto
Pengembangan metaverse di China memiliki tantangan yang berat, terutama dari sensor pemerintah.
Undang-undang anti-monopoli baru untuk platform internet telah diusulkan, sementara undang-undang perlindungan data pribadi penting juga telah disahkan.
Beijing juga telah memangkas jumlah waktu anak-anak di bawah usia 18 tahun diizinkan untuk bermain game online.
Analis mengatakan undang-undang yang ada ini kemungkinan akan digunakan untuk mengatur aplikasi metaverse.
Pengembangan metaverse juga terkait dengan kripto, karena transaksi di metaverse akan menggunakan aset kripto, sementara kripto telah dilarang di China.
Pemerintah China telah mempromosikan mata uang digital yang dikeluarkan bank sentralnya sendiri, yang dikenal sebagai yuan digital atau e-CNY.
“Kemungkinan akan ada opsi yang sangat terbatas untuk kripto,” kata Liu dari Daxue Consulting, menambahkan bahwa e-CNY dapat digunakan sebagai alternatif kripto. (ATN)
Discussion about this post