ASIATODAY.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) terus melakukan intervensi di pasar spot dan pasar domestik mata uang valuta asing (valas) berjangka atau Domestic Non-Delivery Forward (DNDF).
Ini dilakukan agar nilai tukar rupiah tetap perkasa di tengah gejolak pasar keuangan global imbas meluasnya pandemi virus korona (covid-19).
Menyitat informasi hasil lelang transaksi DNDF dari laman resmi Bank Indonesia untuk lelang sesi pagi, Selasa, 21 April 2020, BI menetapkan kurs DNDF untuk tenor satu bulan sebesar Rp15.688 dan memenangkan USD523 juta. Sementara kurs DNDF untuk tenor tiga bulan yang ditetapkan sebesar Rp15.873, tidak ada penawaran yang masuk.
Adapun kurs Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau Jisdor hari ini menempatkan rupiah di posisi Rp15.643 per USD. Kurs Jisdor yang dipublikasikan Bank Indonesia itu mengalami pelemahan 100 poin dari nilai tukar rupiah hari sebelumnya sebesar Rp15.543 per USD.
Melansir Bloomberg, nilai tukar rupiah hingga pukul 14.15 WIB berada di posisi Rp15.555 per USD. Posisi mata uang Garuda itu melemah 143 poin atau 0,92 persen dari posisi penutupan hari sebelumnya di Rp15.412 per USD.
Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo mengaku mengurangi intervensi mengingat mekanisme pasar mulai bergerak positif. Sebab nilai tukar rupiah terus bergerak stabil dan cenderung menguat dari level pertengahan dan akhir Maret 2020.
Kurs rupiah yang stabil dipengaruhi oleh kepercayaan pelaku pasar, baik di dalam maupun luar negeri. Perry menyatakan bank sentral akan selalu berada di pasar dan menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah ketika terjadi tekanan di pasar.
“Pergerakan nilai tukar rupiah dalam April ini menguat sebagian besar karena bekerjanya mekanisme pasar yang berlangsung baik,” tutur Perry dalam video konferensi, Jumat, 17 April 2020.
Sementara itu, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada April 2020 ini permintaan dolar mengalami peningkatan lantaran banyaknya perusahaan emiten harus membayar dividen untuk kuartal I-2020. Alhasil, permintaan dolar relatif cukup tinggi.
“Dengan tingginya kebutuhan dolar, maka Bank Indonesia kembali turun ke pasar guna melakukan intervensi dalam perdagangan DNDF, yaitu pasar valas, obligasi, dan SUN (Surat Utang Negara) sehingga bisa membantu pasar kembali kondusif,” ujar Ibrahim, Selasa (21/4/2020).
Menurut Ibrahim, keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi akibat pandemi virus corona. Apalagi harga minyak mentah anjlok ke level terendah karena pasokannya berlebih dan para produsen kehabisan tempat untuk menampung.
Walaupun pasar terus bergejolak, namun Bank Indonesia memegang optimistis terhadap fundamental ekonomi yang masih kuat dan stabil. Kepercayaan bank sentral tersebut membuat arus modal asing yang di perdagangkan sesi siang terus keluar pasar.
“Pada saat mendekati penutupan pasar, arus modal asing kembali masuk dan kembali membanjiri pasar valas dan obligasi dalam negeri,” urai Ibrahim. (ATN)
Discussion about this post