ASIATODAY.ID, JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan konflik antara Rusia dan Ukraina berpotensi berdampak pada kinerja ekspor dan impor Indonesia, namun dalam skala kecil.
Menurut Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef, Ahmad Heri Firdaus, ekspor Indonesia ke Rusia sebesar 0,6 persen dari total ekspor sedangkan ke Ukraina hanya 0,1 persen. Sementara impor Indonesia dari kedua negara tersebut masing-masing 0,7 persen dari total impor pada 2020.
“Dampaknya kecil, sebab ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina tidak sampai 1 persen. Namun karena Rusia dan Ukraina memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan China, maka yang bisa dilihat disini adalah dampak tidak langsung,” jelasnya Rabu (2/3/2022).
Menurut Heri, jika Rusia dan Ukraina mengurangi permintaan dari China, maka permintaan dari Indonesia juga berkurang. Apalagi China merupakan mitra dagang utama Indonesia dengan pangsa ekspor sebesar 19,5 persen dan impor mencapai 28 persen dari total keseluruhan.
“China salah satu destinasi utama ekspor Indonesia. Jadi sebelum langsung ke Ukraina dan Rusia, transit dulu di China, kemudian diolah di China selanjutnya diekspor ke Rusia dan Ukraina sehingga nanti dampaknya ekspor Indonesia ke negara tujuan utama yang juga tujuan utama Rusia dan Ukraina,” paparnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), total keseluruhan defisit Indonesia dengan Rusia sejak 2017 hingga 2021 mencapai USD0,71 juta. Meski begitu dalam dua tahun terakhir, Indonesia berhasil mencatat suprlus dengan Rusia yaitu sebesar USD15,65 ribu pada 2020 dan USD0,24 juta pada 2021.
Sebaliknya, kinerja perdagangan Indonesia dengan Ukraina selalu mencatatkan defisit dalam lima tahun terakhir. Selama periode 2017 hingga 2021 lalu, total defisit Indonesia dengan Ukraina mencapai USD2,95 juta. (ATN)
Discussion about this post