• Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak
AsiaToday.id
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result

KONSERVASI SATWA: Peneliti Kembangkan Algoritma Monitoring Populasi Gajah

Redaksi Asiatoday by Redaksi Asiatoday
January 22, 2021
in Sains & Lingkungan
2 min read
0
Lindungi Satwa, Singapura Larang Total Penjualan Domestik Gading Gajah

Konservasi Gajah. ist

2.5k
SHARES
2.5k
VIEWS
54 / 100
Powered by Rank Math SEO

ASIATODAY.ID, KENYA – Berbagai upaya untuk melindungi dan melestarikan populasi Gajah dari kepunahan terus dikembangkan oleh para ahli di dunia.

Yang terbaru, para ilmuwan komputer dari University of Bath, Inggris mengembangkan algoritma khusus yang digunakan untuk monitoring populasi Gajah dengan memanfaatkan citra satelit. Metode baru ini diklaim dapat mendeteksi hewan dengan akurasi yang sama seperti manusia, bahkan di lanskap yang kompleks seperti kawasan yang tertutup pepohonan dan semak belukar.

Teknik ini memungkinkan area daratan yang luas dipindai dalam hitungan menit, sehingga bisa menjadi alternatif bagi pengamatan satwa liar yang terancam punah ini. Dengan penemuan metode alternatif itu, para peneliti berharap dapat menstabilkan dan meningkatkan populasi gajah Afrika (Loxodonta africana), yang telah anjlok selama seabad terakhir karena perburuan dan fragmentasi habitat.

RelatedPosts

UNESCO Apresiasi Accor dan Expedia Dukung Pariwisata Berkelanjutan di Dunia

Indonesia Libatkan Para Ahli Teliti Penyebab Mamalia Laut Terdampar Massal

Indonesia Dikecam Malaysia dan Singapura Akibat Asap Karhutla

Jerman Gelontorkan Rp41,25 Triliun untuk Indonesia Bangun Infrastruktur Hijau

Ilmuwan Temukan ‘Gliese’, Planet Mirip Bumi yang Cocok untuk Studi

Merujuk pada data pengamatan terakhir, spesies gajah Afrika hanya tersisa sekitar 40.000 hingga 50.000 ekor yang di alam liar. Spesies ini pun terdaftar sebagai hewan yang tterancam punah.

“Pemantauan yang akurat sangat penting jika kita ingin menyelamatkan spesies gajah-gajah ini,” ujar peneliti sekaligus ilmuwan komputer pencipta algoritme pendeteksi ini, Dr Olga Isupova seperti dilansir dari dailymail.co.uk, Jumat (22/1/2021).

“Kami perlu tahu di mana hewan-hewan itu berada dan berapa jumlah pastinya,” imbuhnya.

Para peneliti menggunakan citra yang diambil dari satelit yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi luar angkasa, Maxar, termasuk citra dari satelit WorldView-3 yang saat ini mengorbit 372 mil (600 km) di atas permukaan Bumi. Ketika melakukan pemantauan, satelit mengumpulkan potret (citra) lokasi seluas 5.000 km2 yang akan terus diperbarui setiap beberapa menit, untuk menghilangkan risiko penghitungan ganda. Hal ini juga mempermudah tracking hewan yang berpindah dari satu negara ke negara lain, tanpa harus khawatir dengan masalah konflik perbatasan.

Saat ini, teknik survei yang paling umum untuk mengamati populasi gajah adalah dengan penghitungan udara, dari pesawat berawak. Namun metode ini memiliki banyak limitasi salah satunya adalah visibilitas yang buruk yang seringkali menciptakan bias pada penghitungan dengan metode ini. Sementara metode pemantauan dengan citra satelit diharapkan dapat mengatasi permasalah dari metode konvensional.

Meski bukan metode baru, para peneliti mengungkapkan bahwa metode ini dapat diandalkan untuk memantau hewan yang bergerak melalui lanskap heterogen yang memiliki cakupan parsial.

“Metode ini sebelumnya telah dilakukan untuk memantau paus, tetapi tentu saja lautan berwarna biru, jadi menghitungnya jauh lebih mudah, ” ungkap Dr Isupova.

Dr Isupova berharap metode ini akan segera dapat digunakan untuk mendeteksi spesies yang jauh lebih kecil dari luar angkasa. Menurutnya teknologi semacam ini memiliki potensi besar untuk mendukung konservasi satwa-satwa langka dari ancaman kepunahan. (ATN)

Tags: GajahKonservasi GajahKonservasi Satwa
Previous Post

Paus Bryde Seberat 10 Ton Mati Membusuk di Pantai Bali

Next Post

Mengapa Joe Biden Marah Besar Kepada China?

Related Posts

Picu Kontroversi, Konglomerat India akan Bangun Kebun Binatang Terbesar di dunia
Sains & Lingkungan

Picu Kontroversi, Konglomerat India akan Bangun Kebun Binatang Terbesar di dunia

February 25, 2021
Spesies Dugong di Indonesia Kian Terancam
Sains & Lingkungan

Spesies Dugong di Indonesia Kian Terancam

January 27, 2021
Pertama Kali, Harimau Putih Lahir di Kebun Binatang Nikaragua
Sains & Lingkungan

Pertama Kali, Harimau Putih Lahir di Kebun Binatang Nikaragua

January 7, 2021
Hiu Paus Terdampar di Teluk Kendari
Sains & Lingkungan

Hiu Paus Terdampar di Teluk Kendari

January 3, 2021
Xinxing, Satwa Panda Tertua di Dunia Mati di Kebun Binatang China
Sains & Lingkungan

Xinxing, Satwa Panda Tertua di Dunia Mati di Kebun Binatang China

December 26, 2020
Indonesia Repatriasi Dua Orangutan Korban Perdagangan Satwa dari Thailand
Sains & Lingkungan

Diselundupkan ke Thailand, 2 Orangutan Indonesia Dipulangkan

December 17, 2020
Next Post
Joe Biden Resmi Jadi Presiden AS, Trump Jamin Transisi Damai

Mengapa Joe Biden Marah Besar Kepada China?

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Hadapi AS, China Fokus Bangun Pengaruh di Negara Berkembang
  • Graph + AI Summit 2021 Kembali Digelar, Konferensi Terbuka di Industri Akselerasi Analitik dan AI
  • Indonesia Jalin Kemitraan Global Capai Energi Bersih Melalui Proyek ACCESS
  • Militer Myanmar Ingin Merapat ke AS dan Lepas dari Cengkraman China
  • Google Donasikan USD25 Juta untuk Pemberdayaan Perempuan di Dunia
AsiaToday.id

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.

Navigate Site

  • Tentang Kami
  • Tim Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Karir
  • Kontak

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Business
  • Energi Hijau
  • Travel
  • Event
  • Sains & Lingkungan
  • Korporasi

© 2020 Asiatoday.id - Referensi Asia by PT Republik Digital Network.