ASIATODAY.ID, MOSKOW – Ribuan warga Rusia turun ke jalan menyuarakan protes
atas keputusan Presiden Vladimir Putin menyerang Ukraina.
Polisi Rusia telah menahan lebih dari 1.700 orang dalam protes anti-perang di puluhan kota Rusia.
Banyak orang di Rusia skeptis tentang keputusan Putin untuk menyerang tetangganya yang pro-Barat.
Moskow sedang tertidur ketika Putin memerintahkan serangan udara dan darat ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022) dini hari waktu setempat.
Ribuan orang berkumpul di dekat Lapangan Pushkin di Moskow tengah, sementara hingga 1.000 orang berkumpul di bekas ibu kota kekaisaran Saint Petersburg, menurut koresponden AFP di tempat kejadian.
Demonstrasi juga terjadi di lusinan kota Rusia lainnya. Di Moskow, pengunjuk rasa terlihat berkumpul di sekitar Lapangan Pushkin, meneriakkan “Tidak untuk perang!” Slogan yang sama, “Tidak untuk perang” dicat semprot di gerbang depan Majelis Rendah Parlemen Rusia.
“Saya kaget. Kerabat dan orang yang saya cintai tinggal di Ukraina,” kata Anastasia Nestulya (23), di Moskow.
“Apa yang bisa saya katakan kepada mereka melalui telepon? Anda bertahan di sana?”.
Menurutnya, orang-orang takut untuk protes.
Di Saint Petersburg, banyak yang membuat catatan serupa.
“Saya merasa pihak berwenang sudah gila,” kata Svetlana Volkova (27). Dia juga mengatakan hanya sedikit orang yang mau memprotes di Rusia.
“Orang-orang telah tertipu oleh propaganda.”
Saat dia diseret oleh tiga petugas polisi, seorang pemuda berteriak: “Dengan siapa kamu berkelahi? Tangkap Putin.”
Jatuhnya korban jiwa akibat serangan Rusia ke Ukraina, telah menimbulkan gelombang protes. Hampir semua orang yang diwawancara AFP berbicara pada hari invasi dimulai di Moskow dan Saint Petersburg menentang perang dan pertumpahan darah, meskipun beberapa menyalahkan krisis di Ukraina.
“Tentu saja, saya tidak ingin perang. Saya tidak ingin orang mati,” kata Yuliya Antonova, seorang guru bahasa Inggris berusia 48 tahun di Saint Petersburg.
Viktor Antipov, yang juga tinggal di Saint Petersburg, mengatakan dia tidak mendukung taktik Putin.
“Tidak ada orang waras yang menginginkan perang,” kata pria berusia 54 tahun itu. “Sepertinya itu belum dipikirkan secara matang,” katanya tentang rencana Kremlin, menambahkan bahwa pemimpin Rusia itu “tidak memikirkan jangka panjang”.
Tetapi beberapa orang Rusia dari generasi Putin, seperti Galina Samoylenko yang berusia 70 tahun, mendukung pemimpin mereka.
“Dia ingin membantu rakyat Rusia dan republik-republik itu,” katanya, merujuk pada wilayah Donetsk dan Lugansk yang dikuasai separatis Ukraina.
137 Warga Ukraina Tewas
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, 137 orang tewas dalam invasi Rusia pada Kamis, 24 Februari 2022. Tak hanya itu, 316 lainnya terluka dalam serangan ini.
Dikutip dari The Guardian, Jumat 25 Februari 2022, dalam pidatonya Zelensky mengatakan, ia berkecil hati setelah berbicara dengan para pemimpin Barat.
“Saya tidak melihat siapapun bertarung bersama Ukraina,” katanya.
Korban tewas bertambah begitu banyak hanya dalam empat jam terakhir.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Ukraina, Lyashko melaporkan 57 orang tewas dan 169 terluka.
Wakil Menteri pertahanan Ukraina, secara terpisah, menyampaikan wilayah Donetsk dalam situasi serangan parah.
Zelensky menetapkan mobilisasi militer pebuh melawan invasi Rusia. Ini akan berlangsung selama 90 hari.
Militer Ukraina akan menentukan berapa banyak orang yang memenuhi syarat untuk berperang. Sementara Kabinet, akan mengalokasikan uang untuk mobilisasi.
Zelensky menegaskan, ia akan tetap berada di Kiev. Menurutnya, Rusia telah menandai dia sebagai ‘target #1’ dan keluargnya ‘target #2’.
Sementara itu, banyak warga akhirnya berlindung di stasiun metro bawah tanah dari serangan Rusia. (ATN)
Discussion about this post