• About Us
  • Editorial Team
  • Cyber ​​Media Guidelines
  • Karir
  • Kontak
  • id
    • ar
    • zh-CN
    • en
    • fr
    • de
    • id
    • ko
    • no
    • ru
Saturday, December 2, 2023
AsiaToday.id
  • HOME
  • NEWS
  • BUSINESS
  • ENERGI HIJAU
  • TRAVEL
  • EVENT
  • SAINS & LINGKUNGAN
  • KORPORASI
  • FORUM
No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
  • BUSINESS
  • ENERGI HIJAU
  • TRAVEL
  • EVENT
  • SAINS & LINGKUNGAN
  • KORPORASI
  • FORUM
No Result
View All Result
AsiaToday.id
No Result
View All Result
Home News

Krisis Utang, AS Sudah di Ambang Resesi

by Redaksi Asiatoday
May 19, 2023
in News
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Krisis Utang, AS Sudah di Ambang Resesi 1

Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris. Dok

ASIATODAY.ID, JAKARTA – Krisis utang yang dihadapi oleh Amerika Serikat (AS) membawa negara itu berada di ambang resesi.

Wakil Presiden AS, Kamala Harris mengungkapkan, jika AS default atau gagal membayar utang yang mencapai US$ 31,4 triliun, dipastikan AS akan resesi.

Kamala Harris menyampaikan hal itu dalam sebuah konferensi dengan aktivis Partai Demokrat dan penasihat ekonomi Gedung Putih Lael Brainard.

RelatedPosts

13 UN Agencies Fully Support the Indonesian Archipelago Capital (IKN) Project

Workers in Indonesia National Strike, 100 Industries Paralyzed

Indonesia, Saudi, Brunei and IALA Agree to Cooperate in the Field of Shipping and Port Connectivity

Harris dan Brainard juga mendesak anggota parlemen dari Demokrat untuk menyatakan penolakan terhadap default yang berisiko terjadi kurang dari dua pekan ke depan.

“Kegagalan membayar utang bisa memicu resesi,” kata Harris, dikutip dari US News, Jumat (19/5/2023).

Seorang pejabat Gedung Putih mengungkapkan, negosiator dan anggota DPR dari Partai Republik telah melakukan pertemuan di Capitol Hill untuk membahas pencarian titik temu terkait keputusan plafon utang, dan akan bertemu lagi pada hari Jumat (19/5) waktu setempat.

Adapun Brainard, direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, mengatakan bahwa tim negosiasi Presiden Joe Biden telah diinstruksikan untuk tidak menyetujui proposal Partai Republik untuk mengangkat plafon utang.

Hal itu dikarenakan langkah tersebut dikhawatirkan dapat berdampak pada layanan kesehatan atau mendorong masyarakat ke dalam kemiskinan.

Di sisi lain, Partai Republik berusaha membujuk Demokrat untuk menerima persyaratan kerja yang lebih keras untuk beberapa program bantuan federal, serta pemotongan pengeluaran, sebagai imbalan untuk mengangkat batas pinjaman.

“Tim negosiasi pemerintah berjuang melawan upaya ekstrem membalikkan kemajuan yang telah kami buat: menciptakan lapangan kerja energi bersih, memerangi perubahan iklim, dan menurunkan biaya untuk keluarga kelas menengah, termasuk untuk pelajar dan insulin serta obat-obatan lainnya,” jelas Brainard.

Sebelumnya, hal senada telah disampaikan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

Yellen terus mengingatkan bahwa default pada utang AS kemungkinan akan menyebabkan jutaan orang di Amerika Serikat tidak menerima pendapatan, berpotensi memicu resesi yang dapat menghancurkan banyak pekerjaan dan bisnis.

Mengutip US News, dalam pertemuan komunitas bankir, Yellen mengatakan bahwa krisis ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya akan diperburuk oleh kemungkinan gangguan pada layanan pemerintah federal.

Gangguan ini termasuk pada lalu lintas udara, penegakan hukum, keamanan perbatasan dan pertahanan nasional, serta sistem telekomunikasi.

“Sangat mungkin bahwa kita akan melihat sejumlah pasar keuangan pecah – dengan kepanikan di seluruh dunia yang memicu margin call,” jelas Yellen.

“Ekonomi kita tiba-tiba akan menemukan dirinya dalam badai ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkap Yellen, yang juga menyoroti 66 juta penerima Jaminan Sosial dan jutaan pensiun veteran militer kemungkinan besar tidak akan dibayar.

“Dan guncangan pendapatan yang diakibatkannya dapat menyebabkan resesi yang menghancurkan banyak pekerjaan dan bisnis Amerika,” katanya.

Beberapa waktu sebelumnya, Yellen telah memastikan kepasa Kongres bahwa Departemen Keuangan diperkirakan dapat membayar tagihan pemerintah Amerika Serikat hanya sampai 1 Juni tanpa kenaikan batas utang, menambah tekanan pada kebuntuan terkait keputusan menaikkan pagu utang.

“Kegagalan untuk mencapai kesepakatan akan mengakibatkan konsekuensi ekonomi dan keuangan yang parah,” tandasnya. (ATN)

Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tags: Amerika SerikatKrisis UtangResesi Amerika
Previous Post

Militer Myanmar Dilaporkan Impor Senjata dari Singapura Senilai US$254 Juta

Next Post

Kingdom Tyres Ajak Perusahaan Indonesia Bangun Pabrik Ban di Arab Saudi

Next Post
Kingdom Tyres Ajak Perusahaan Indonesia Bangun Pabrik Ban di Arab Saudi 2

Kingdom Tyres Ajak Perusahaan Indonesia Bangun Pabrik Ban di Arab Saudi

Discussion about this post

No Result
View All Result

Terbaru

  • Indonesia Re-Elected as Member of the IMO Council Category C for the 2024-2025 Period
  • COP28: 3 Countries Owning the Largest Tropical Forests in the World Collaborate on Climate Action
  • OIC Foreign Ministers’ Declaration: Stop the Gaza Crisis Now
  • Norwegian PM Announces $100 Million in Additional Funds to Reduce Deforestation in Indonesia
  • Indonesia Needs an Investment of $1 Trillion to Achieve NZE by 2060
  • About Us
  • Editorial Team
  • Cyber ​​Media Guidelines
  • Karir
  • Kontak

© 2022 Asiatoday.id - Asiatoday Network.

No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
  • BUSINESS
  • ENERGI HIJAU
  • TRAVEL
  • EVENT
  • SAINS & LINGKUNGAN
  • KORPORASI
  • FORUM

© 2022 Asiatoday.id - Asiatoday Network.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist