ASIATODAY.ID, JAKARTA – Morgan Stanley memproyeksikan ekonomi global dan negara-negara maju akan mengalami pemulihan seperempat kali lebih cepat ke level sebelum Covid-19 dibandingkan perkiraan awal.
Percepatan ini masing-masing terjadi pada awal kuartal keempat 2020 dan kuartal ketiga 2021.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) akan mencapai tingkat output pra-resesi dalam enam kuartal, yaitu pada kuartal kedua 2021.
Hal ini berbeda dengan masa krisis keuangan global yang membutuhkan waktu hingga 10 tahun dengan perkiraan sebelumnya, dimana ekonomi AS akan mencapai level sebelum covid-19 pada kuartal keempat 2021.
Mengutip laporan Morgan Stanley, Sabtu (19/9/2020), terkait Global Macro Briefing yang bertajuk ‘A Sharper V’, pemulihan yang menyerupai kurva V cenderung berlangsung lebih cepat dari yang diprediksi sebelumnya.
Sinkronisasi pemulihan global seharusnya berlangsung pada kuartal kedua 2021 dengan semua mekanisme global yang menandakan pertumbuhan kuat. Namun, risiko terhadap pandangan Morgan Stanley tersebut adalah potensi lockdown yang agresif pada musim dingin dan ketidakpastian kebijakan fiskal.
Prospek dampak Covid-19 terhadap ekonomi telah berubah secara dramatis. Sebagian besar dari negara dengan perekonomian besar mampu mengangkat aktivitas ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi meskipun virus terus menyebar.
“Tim medis terus menciptakan kemajuan dalam melawan Covid-19, serta pengobatan dan perkembangan dalam penyediaan vaksin yang pesat. Pembuat kebijakan terus mengambil sikap lebih agresif dalam menghadapi virus yang dianggap sebagai guncangan eksogen ini,” tulis laporan yang disusun oleh Chetan Ahya bersama tim analis Morgan Stanley itu.
Sementara itu, pemulihan yang cepat sejak Mei mengartikan ekonomi global akan meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Morgan Stanley meyakini bahwa inflasi akan muncul kembali di negara maju, terutama AS, dengan cara yang berbeda dari tiga siklus terakhir.
Sedangkan terkait risiko, Morgan Stanley memandang ada potensi lockdown agresif akibat infeksi yang meningkat di musim dingin.
Kemudian ada risiko yang datang dari Pemilu AS yang memicu potensi politik jalan buntu, dan ketidakpastian akan kebijakan fiskal. Terakhir risiko kebangkitan perang dagang antara Amerika Serikat dan China. (ATN)
Discussion about this post