ASIATODAY.ID, JAKARTA – Tata kelola industri nikel di Indonesia kembali menjadi sorotan.
Pasalnya, industri nikel di Indonesia dominan dikuasai China.
Menurut Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK) Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam, termasuk Nikel. Memang, RI sudah ada smelter, namun pekerjanya masih dari China.
“Negeri ini kaya nikel, tapi yang kerja semua China dari daratan sampai tukang las,” kata Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK) di Grand Ballroom Kempinski Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Salah satu yang menjadi sorotan Jusuf Kalla adalah industri pengolahan nikel di Morowali, Sulawesi Tengah yang tak lain Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Diketahui smelter IMIP dibangun oleh dua perusahaan Indonesia dan China, yaitu PT Sulawesi Mining Investment dan PT Indonesia Guang Ching Nickel And Stainless Steel Industry.
Dalam proyek tersebut, JK menyoroti soal keterlibatan TKA China yang mengambil peran pekerja lokal.
JK lantas membandingkan dengan smelter nikel yang sedang dibangun oleh Kalla Group.
Smelter tersebut kata JK, akan dikelola oleh anak negeri dan pekerjanya adalah warga sekitar.
JK optimis, pembangunan smelter tersebut bisa rampung tahun depan.
“Kita bangun smelter, kita belajar sendiri, Insya Allah tahun depan smelter pertama milik nasional akan beroperasi,” kata JK.
“Semua dilakukan tapi tidak dengan otak dari luar. Namun dengan Kemampuan diri sendiri,” lanjutnya.
Menurut JK, smelter yang sedang dibangun itu akan mengandalkan sumber energi bersih dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
“Kalau sumber energi tidak bersih, Eropa tidak akan terima hasil Nikel kita,” tandasnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menepis sorotan Jusuf Kalla terkait dengan banyaknya pekerja asal China di proyek pemurnian dan pengolahan (smelter) nikel.
Menurut Luhut, pekerja asal China memang banyak pada masa awal konstruksi smelter sekitar 8 tahun silam. Namun, seiring waktu kini sudah banyak orang Indonesia yang bekerja di industri teraebut.
“Kalau saat konstruksi, awal-awal 2014, iya. Namun jalau sekarang sudah banyak orang Indonesia,” ujar Luhut di Ciputra Artpreneur, Sabtu (29/10/2022). (ATN)
Discussion about this post