ASIATODAY.ID, JAKARTA – Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan bahwa kekayaan mineral Indonesia seperti nikel, akan dipasok ke seluruh dunia tetapi bukan dalam bentuk bahan mentah (raw material).
Jokowi menegaskan hal itu saat membuka secara resmi Pertemuan Pendahuluan B20 atau B20 Inception Meeting 2022, secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/01/2022).
Pertemuan tersebut menjadi rangkaian Presidensil G20 Indonesia.
Menurut Jokowi, mineral seperti nikel bermanfaat besar untuk mempercepat transformasi energi hijau di dunia.
Karena itu, solusi global dalam hal pendanaan dan kemitraan, merupakan agenda yang harus menjadi perhatian utama termasuk alih teknologi untuk mendorong produksi berbasis ekonomi hijau.
“Potensi di sektor energi terbarukan harus diikuti dengan skenario dan peta jalan yang jelas, termasuk pendanaan dan investasi,” imbuhnya.
Jokowi mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan sebesar 418 gigawatt, baik itu yang bersumber dari air, panas bumi, angin maupun matahari.
Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya mineral logam yang dibutuhkan untuk mendorong transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan.
“Kami kaya akan nikel, bauksit, timah, dan tembaga. Kami memastikan akan menyuplai cukup bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan dunia. Namun, bukan dalam bentuk bahan mentah, tetapi dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah tinggi,” tegasnya.
Presiden menjelaskan, hilirisasi nikel yang dimulai pada tahun 2015 di Indonesia telah memberikan dampak positif pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan nilai ekspor, serta neraca perdagangan Indonesia.
Saat ini, nilai ekspor Indonesia meningkat sebesar USD230 miliar yang sangat dipengaruhi oleh peningkatan ekspor besi baja.
Ekspor besi baja di tahun 2021 mencapai USD20,9 miliar, meningkat dari sebelumnya hanya USD1,1 miliar di tahun 2014.
Di tahun 2022, Presiden Jokowi memperkirakan nilai ekspor besi baja Indonesia dapat mencapai kisaran USD28-30 miliar.
“Setelah nikel, kita akan mendorong investasi di sektor bauksit, tembaga, dan timah,” ujarnya.
Lebih lanjut Presiden Jokowi menyampaikan, mekanisme transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan yang dilakukan Pemerintah Indonesia akan tetap menjamin kepastian investasi.
Pemerintah mendorong “pensiun dini” Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Jawa dan Sumatra dan beralih ke energi baru terbarukan seperti geotermal dan solar panel.
“Kita akan membuka partisipasi di sektor swasta untuk berinvestasi di transisi energi ini. Saat ini, ada 5,5 gigawatt PLTU yang siap untuk program early retirement ini,” imbuhnya.
Kemudian, Pemerintah Indonesia juga telah melakukan dekarbonisasi di sektor transportasi dengan membangun mass urban transport, seperti LRT (Lintas Rel Terpadu) dan MRT (Moda Raya Terpadu) di Jakarta, serta mendorong investasi untuk pabrik mobil listrik.
“Kita mengundang investasi yang bisa mendorong nilai tambah yang saling menguntungkan,” pungkasnya. (ATN)
Discussion about this post