ASIATODAY.ID, JAKARTA – Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) melaporkan bahwa konflik Rusia dan Ukraina akan menghambat pertumbuhan ekonomi global dan memperburuk tekanan inflasi.
Hal ini disampaikan OECD dalam laporan terbarunya Kamis (24/3/2022) terkait dampak ekonomi, sosial, dan kebijakan dari perang di Ukraina.
“Perang di Ukraina telah menciptakan dampak negatif baru bagi ekonomi dunia, tepat ketika beberapa dari tantangan rantai pasokan yang terlihat sejak awal pandemi sudah menurun,” demikian tulis OECD dalam laporannya.
Menurut OECD, perang akan berdampak terhadap banyak saluran berbeda dan kemungkinan akan berkembang jika konflik semakin lama. Meski begitu, OECD menyebut dampak konflik Rusia dan Ukraina terhadap ekonomi global relatif kecil, atau hanya menyumbang 2% dari produk domestik bruto (PDB) global.
“Untuk perdagangan bilateral terbatas dan hubungan keuangan dengan negara lain juga sederhana. Saham investasi asing langsung di Rusia, dan oleh Rusia di ekonomi lain, diperhitungkan antara 1-1,5% dari total global,” demikian OECD.
Namun Rusia dan Ukraina memang memiliki pengaruh penting terhadap ekonomi global sebagai pemasok utama di sejumlah pasar komoditas. Rusia dan Ukraina menyumbang 30% ekspor gandum global, 20% jagung, pupuk mineral dan gas alam, dan 11% untuk minyak. Selain itu, rantai pasokan di seluruh dunia bergantung pada ekspor logam dari Rusia dan Ukraina.
“Rusia adalah pemasok utama paladium yang digunakan catalytic converter untuk mobil, dan nikel dalam baja produksi dan pembuatan baterai,” tulis OECD.
Selain itu, Rusia dan Ukraina juga merupakan negara sumber gas mencakup argon dan neon, digunakan dalam produksi semikonduktor, dan produsen besar spons titanium untuk pesawat. Bahkan kedua negara juga memiliki cadangan uranium yang penting secara global.
Akibat perang kedua negara, harga komoditas tersebut sudah melonjak tajam sejak awal perang, bahkan telah terjadi gangguan volume produksi atau ekspor.
Secara terinci, pengehentian ekspor gandum dari Rusia dan Ukraina akan mengakibatkan kekurangan di banyak negara. Alhasil akan memunculkan risiko baru di berbagai negara.
“Akan ada risiko akut tidak hanya krisis ekonomi di beberapa negara tetapi bencana kemanusiaan, dengan peningkatan tajam dalam kemiskinan,” tulis OECD.
Dalam catatan OECD, di banyak negara di Timur Tengah, impor gandum dari Rusia dan Ukraina mewakili sekitar 75% dari total impor gandum. (ATN)
Discussion about this post