ASIATODAY.ID, LONDON – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak bank-bank pembangunan untuk menghentikan dukungan pembiayaan terhadap proyek bahan bakar fosil. Seruan menyusul besarnya dukungan dana atas proyek-proyek tersebut. World Bank dalam laporannya telah menginvestasikan USD12 miliar atau Rp176 triliun di sektor tersebut sejak Perjanjian Paris 2015 untuk memerangi perubahan iklim.
Para juru kampanye lingkungan di dunia selama bertahun-tahun mencoba membujuk bank-bank komersial untuk berhenti meminjamkan uang kepada mereka untuk mencegah laju industri minyak, batu bara, dan gas alam. Selain menghasilkan gas rumah kaca pada tingkat yang berbahaya, industri itu juga menyebabkan perubahan iklim di dunia.
Tetapi bank-bank pembangunan yang didukung negara di dunia, yang dukungannya seringkali sangat penting dalam menentukan apakah proyek di negara berkembang dapat dilanjutkan, juga menghadapi seruan yang meningkat untuk membuat industri keuangan kelaparan.
Guterres mendesak koalisi menteri keuangan dan pembuat kebijakan ekonomi dari puluhan negara untuk memastikan bank pembangunan mengakhiri investasi bahan bakar fosil dan meningkatkan energi terbarukan.
“Kami membutuhkan kecepatan, skala, dan kepemimpinan yang tegas,” kata Guterres dalam pesan video ke pertemuan virtual grup, dikutip dari Reuters, Selasa (13/10/2020).
Sebelumnya pada Senin, sebuah laporan oleh kelompok lingkungan yang berbasis di Berlin, Urgewald, mengatakan bahwa World Bank telah menginvestasikan lebih dari USD12 miliar dolar AS dalam bahan bakar fosil sejak kesepakatan Paris, USD10,5 miliar diantaranya adalah pembiayaan langsung untuk proyek-proyek baru.
Hal itu menempatkan World Bank jauh di depan bank pembangunan lainnya dalam mendukung sektor ini, kata Heike Mainhardt, penasihat senior Urgewald yang menulis laporan itu.
Dengan dunia yang sudah berada di jalur yang tepat untuk memproduksi jauh lebih banyak bahan bakar fosil daripada disesuaikan dengan sasaran suhu yang disepakati di Paris, laporan tersebut mempertanyakan mengapa World Bank akan mendukung peningkatan produksi minyak dan gas alam di negara-negara seperti Meksiko, Brasil, dan Mozambik.
World Bank mengatakan laporan itu memberikan “pandangan yang menyimpang dan tidak berdasar,” menambahkan bahwa pihaknya telah berkomitmen hampir USD9,4 miliar untuk membiayai energi terbarukan dan efisiensi energi di negara-negara berkembang dari 2015-19.
World Bank juga mengatakan, laporan itu mengabaikan mandatnya untuk membantu sekitar 789 juta orang yang hidup tanpa listrik, kebanyakan di pedesaan Afrika dan Asia.
Mainhardt mengatakan, dukungan bank untuk bahan bakar fosil menghalangi transisi ke energi bersih yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kesepakatan Paris untuk menghindari bencana perubahan iklim.
“Sangat menyesatkan bagi mereka untuk bertindak seolah-olah mereka adalah juara iklim ketika mereka benar-benar menjadi bagian besar dari masalah tersebut,” kata Mainhardt.
“Karena World Bank terus memberikan miliaran bantuan publik, yang mendistorsi pasar untuk bahan bakar fosil, itu memperlambat transisi energi,” tandasnya. (Ant)
Discussion about this post