ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perdagangan Indonesia dengan Australia dan China kurang menggembirakan. Sebaliknya, perdagangan dengan India dan Amerika Serikat (AS) justru surplus.
Badan Pusat Statistik (BPS) Republi Indonesia mencatat, neraca perdagangan Indonesia dengan India surplus sebesar USD1,59 miliar mengungguli Amerika Serikat (AS).
Pada Mei 2021, ekspor Indonesia ke India mencapai USD2,25 miliar sedangkan impor USD663,2 juta.
“Perdagangan Indonesia dengan India ini surplus sebesar USD1,59 miliar utamanya untuk bahan bakar, mineral dan berbagai produk kimia,” papar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto dalam keterangannya, Rabu (15/6/2022).
Surplus Indonesia dengan AS kini menempati urutan kedua terbesar yaitu USD1,26 miliar berasal dari ekspor USD2,05 miliar dan impor USD791,5 juta. Surplus dengan AS ditopang oleh mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, dan pakaian dan aksesoris/rajutan.
Neraca perdagangan Indonesia dengan Filipina juga mengalami surplus sebesar USD833,6 juta ditopang ekspor USD922,9 juta dan impor hanya USD89,3 juta. Komoditasnya penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral, serta kendaraan dan bagiannya.
Sebaliknya, neraca perdagangan Indonesia tercatat mengalami defisit sebesar USD535,5 juta dengan Australia karena ekspor USD264,2 juta dan impor USD799,7 juta. Ini utamanya untuk komoditas bahan bakar, mineral serta logam mulia dan perhiasan/permata.
Adapun perdagangan dengan China kini berada di urutan kedua dengan defisit USD479,8 juta berasal dari ekspor USD4,59 miliar dan impor USD5,07 miliar. Defisit karena komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya dan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya.
“Kemudian, tiga negara yang mengalami defisit terbesar adalah Thailand dengan nilai sebesar USD331,9 juta. Ini utamanya untuk gula dan kembang gula, serta plastik dan barang dari plastik,” tandasnya. (ATN)
Discussion about this post