ASIATODAY.ID, SURABAYA – Tingginya permintaan ikan patin dari Jeddah, Arab Saudi yang mencapai 225 ribu ton per tahun, membuat Pemerintah Daerah Jawa Timur kewalahan.
Pasalnya, Kabupaten Tulungagung yang menjadi penghasil patin di Jawa Timur sudah tidak mampu memenuhi permintaan tersebut.
“Sejauh ini kapasitas produksi dan kualitas ikan patin terbaik Indonesia memang berasal dari Tulungagung, Jatim. Saya komunikasi dengan Bupati Tulungagung, ternyata permintaan Patin oleh Arab Saudi sudah tidak mampu dipenuhi oleh petani Tulungagung,” terang Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam keterangannya yang diterima Sabtu (16/11/2019).
Dengan kondisi ini, Khofifah pun mulai menyiapkan strategi baru untuk menjaga keberlanjutan bisnis ini. Ia pun meminta Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim berperan aktif untuk memenuhi permintaan tersebut. Ia berharap ekspor ikan patin ke Arab Saudi tetap terpenuhi.
“Dinas terkait penting untuk mengkomunikasikan dengan kabupaten terdekat. Misalnya Nganjuk, Kediri, Blitar misalnya, supaya rumpun selatan bisa menjadi penguat budidaya patin,” jelas Khofifah.
Selain itu Khofifah juga akan mendorong penyediaan lahan lebih luas untuk budidaya patin di daerah-daerah potensial.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, Mochammad Gunawan Saleh, mengatakan bahwa kapasitas produksi ikan patin di Tulungagung sebenarnya sudah tergolong besar. Mencapai 50 ton per hari.
Namun, selain kebutuhan ekspor ke Jeddah untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji mencapai 300-400 ribu ton per tahun, kebutuhan dalam negeri menurutnya juga cukup banyak.
Belum lagi eksportir ikan patin dalam waktu dekat ini juga akan mengembangkan ekspor ikan patin untuk memenuhi kebutuhan jemaah umroh. Maka produksi ikan patin yang dibutuhkan harus meningkat.
“Kami akan mendorong pengembangan budidaya ikan patin ke beberapa daerah seperti Kediri, Blitar, dan Nganjuk. Dengan harapan produksi ikan patin di tiga daerah itu bisa untuk mencukupi kebutuhan ekspor,” kata Gunawan. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post