ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) merevisi anggaran investasi dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2019 menjadi USD4,5 miliar atau setara Rp64,43 triliun.
Menurut Direktur Keuangan Pertamina Pahala Mansury, dalam revisi tersebut terdapat tambahan investasi sebesar USD200 juta hingga USD300 juta. Awalnya anggaran investasi perseroan untuk tahun ini sebesar USD4,2 miliar.
“Kita ada tambahan USD200 juta-USD300 juta, estimasi kita USD4,5 juta tahun ini,” terang Pahala kepada wartawan di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019).
Tambahan investasi atau belanja modal tersebut dipergunakan untuk mendanai pengembangan proyek kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP).
“Utamanya untuk revitalisasi Kilang Balikpapan. Kapasitas produksi Kilang Balikpapan ditargetkan akan naik sekitar 38 persen dengan adanya pengembangan tersebut,” jelasnya.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang menyatakan saat ini kilang Balikpapan berkapasitas 260 juta barel per hari. Pengembangan tersebut akan ditingkatkan menjadi 360 juta barel per hari.
Dengan adanya peningkatan ini maka volume produk yang dihasilkan pun bertambah. Seperti produksi gasoline sebanyak 100 ribu barel per hari hari, diesel sebanyak 30 ribu barel per hari, LPG sebanyak 1.500 ton per hari dan produk propylene sebanyak 230 ribu ton per hari.
“Peningkatan produk hasil dari Kilang Balikpapan ini tentunya akan menambah ketahanan dalam mencukupi kebutuhan energi nasional. Bukan hanya itu, tentunya juga akan berdampak pada penguatan devisa negara dan GDP Nasional,” kata Ignatius.
RDMP Balikpapan merupakan satu dari proyek pengembangan dan peningkatan kapasitas kilang yang dilakukan Pertamina. Bukan hanya penambahan kapasitas, namun produk yang dihasilkan juga akan memiliki standar EURO V.
Selain itu, kompleksitas kilang juga akan bertambah sehingga bisa menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi dan bisa mengolah crude dengan kandungan sulfur lebih tinggi. Dengan investasi sekitar USD6,5 miliar, Kilang Balikpapan akan menggunakan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang diprediksi mencapai lebih dari 30 persen.
Laba 112 Persen
Pahala Mansury juga menjelaskan, secara umum kinerja perseroan pada semester I tahun 2019 lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Laba perusahaan naik dari 100 persen jadi 112%, artinya naik dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Pahala.
Perolehan laba ini ditopang oleh penurunan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP). Tahun ini, harga minyak berada di kisaran level US$ 63 per barel.
“Iya lebih dari dua kali lipat memang, tapi kan memang tahun lalu yang terpengaruh dengan harga ICP, karena harga minyak tahun lalu lebih tinggi dari tahun ini. Rata-rata tahun lalu US$ 67 an. Kita tahun ini year to date kurang lebih kira-kira US$ 63. Itu yang memang membedakan makanya kinerja kita tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya,” paparnya.
Pahala juga menyebutkan, produksi minyak sampai Juni 2019 meningkat sebanyak 8%. Kenaikan ini ditopang Blok Jambi Merang yang masuk pada Februari 2019.
Meski begitu, dia menyebut pendapatan perusahaan sedikit mengalami penurunan. Tapi, penurunan itu tertutup oleh penurunan ongkos produksi yang jauh lebih dalam.
“Kalau pendapatan tahun ini agak sedikit turun karena itu tadi turunnya harga minyak menyebabkan kita punya revenue agak turun sedikit juga. Tapi, di sisi cost turunnya lebih besar. Karena harga pembelian ICP untuk downstreamnya kita sebabkan profitabilitas kita membaik naik 112% dibanding tahun sebelumnya,” jelasnya. (MI/DK/AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post