ASIATODAY.ID, ISLAMABAD – Pertemuan darurat negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada Minggu (19/12/2021) yang membahas situasi darurat di Afganistan, menghasilkan 2 outcome documents, yaitu Resolution on the Humanitarian Situation in Afghanistan; dan Islamabad Declaration Concerning the Cause of Palestine and Al-Quds Al-Sharif.
Indonesia terlibat aktif dalam proses perundingan outcome ini dan mengirim tim ke Riyadh untuk memberikan masukan secara langsung.
“Ini adalah bentuk perhatian besar Indonesia terhadap rakyat Afghanistan,” jelas Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, dikutip Senin (20/12/2021).
Menlu Retno menjelaskan, inti dari Resolution on the Humanitarian Situation in Afghanistan diantaranya;
– Mendorong badan-badan PBB yang relevan untuk bekerja sama dengan OKI menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Afghanistan.
– Menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera mengirimkan bantuan kemanusiaan secara berkesinambungan kepada rakyat Afghanistan.
– Memperkuat kantor OKI di Kabul Afghanistan, untuk dapat memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan dan bantuan pembangunan bagi rakyat Afghanistan.
– Menetapkan bahwa Sekjen OKI agar berkoordinasi dengan WHO untuk mengamankan pasokan vaksin dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk penganganan pandemi Covid-19.
– Menekankan pentingnya upaya memberantas terorisme dan memastikan Afghanistan tidak dijadikan tempat untuk aktivitas terorisme.
– Mendorong seluruh pihak di Afghanistan untuk mengupayakan inclusiveness, antara lain melalui penyusunan roadmap untuk meningkatkan partisipasi seluruh kalangan di Afghanistan, termasuk kaum perempuan, dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat di Afghanistan.
– Membentuk Humanitarian Trust Fund untuk Afghanistan di bawah IDB.
– Menunjuk OIC Assistant Secretary General for Humanitarian, Cultural and Family Affairs sebagai utusan khusus OKI untuk Afghanistan.
“Secara khusus, outcome document ini mengapresiasi inisiatif Indonesia di sela-sela Sidang Umum PBB yang lalu untuk menyoroti situasi kemanusiaan Afghanistan dan keinginan kuat negara-negara Islam untuk membantu mengatasi situasi kemanusiaan tersebut,” kata Retno.
Lebih jauh Menlu Retno mengungkapkan, outcome document juga muat beberapa inisiatif yang didorong oleh Indonesia dalam pertemuan tersebut, antara lain: usulan pembuatan roadmap Taliban dalam melaksanakan janji- janjinya; pentingnya diadakan konferensi internasional mengenai peran perempuan.
Adapun Outcome document yang kedua pada intinya menekankan kembali dukungan OKI terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina.
Dana Perwalian Kemanusiaan untuk Afghanistan
Dari rangkaian pertemuan darurat itu, OKI sepakat membentuk dana perwalian kemanusiaan untuk Afghanistan. Dana ini bertujuan membantu jutaan orang warga Afghanistan yang menghadapi kelaparan di tengah musim dingin.
Dana perwalian ini diumumkan Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Qureshi.
Dana tersebut akan didirikan di bawah naungan Bank Pembangunan Islam. Namun tidak diketahui berapa banyak dana yang akan dikumpulkan untuk membantu krisis kemanusiaan Afghanistan.
Qureshi mengatakan, membuka saluran keuangan dan perbankan sangat penting bagi Afghanistan yang mengalami krisis ekonomi cukup parah.
“Karena ekonomi tidak dapat berfungsi dan orang tidak dapat terbantu tanpa sistem perbankan,” ujar Qureshi.
Di luar bantuan langsung, Afghanistan membutuhkan bantuan untuk memastikan stabilitas ekonomi jangka panjang. Afghanistan menghadapi krisis ekonomi dan bencana kemanusiaan sejak Taliban kembali berkuasa.
Amerika Serikat telah membekukan sebagian besar aset Afghanistan senilai miliaran dolar. Selain itu, pendanaan internasional ke Afghanistan juga telah dihentikan.
Pakistan telah berada di garis depan dalam mendesak keterlibatan dunia untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Afghanistan.
Qureshi telah memperingatkan kehancuran total di Afghanistan akan merugikan upaya untuk memerangi terorisme dan memicu eksodus besar-besaran.
“Pengungsi akan menjadi migran ekonomi, yang berarti mereka tidak ingin tinggal di negara tetangga Pakistan dan Iran, tetapi akan mencoba mencapai Eropa dan Amerika Utara,” ujar Qureshi.
Qureshi juga memperingatkan jika warga Afghanistan dibiarkan tanpa bantuan, maka kelompok-kelompok militan seperti Alqaidah dan afiliasi ISIS regional akan berkumpul kembali. Mereka akan berkembang di tengah kekacauan.
Menurut negara-negara OKI, mengizinkan Afghanistan mengakses cadangan yang dibekukan di luar negeri akan menjadi kunci untuk mencegah keruntuhan ekonomi. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan krisis tersebut telah meningkatkan kekhawatiran.
“Kecuali ada tindakan yang diambil dengan segera, (jika tidak) Afghanistan menuju kekacauan,” ujar Khan.
Menteri Luar Negeri Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban, Amir Khan Muttaqi, mengklaim Taliban telah berbuat banyak untuk membentuk pemerintahan yang lebih inklusif. Taliban juga menghormati hak asasi manusia, termasuk hak-hak perempuan.
“Semua harus mengakui isolasi politik Afghanistan tidak bermanfaat bagi siapa pun. Karena itu sangat penting semua mendukung stabilitas yang ada dan mendukungnya baik secara politik maupun ekonomi,” kata Muttaqi.
Pejabat Taliban sebelumnya telah meminta bantuan untuk membangun kembali ekonomi Afghanistan yang hancur dan mengatasi kelaparan.
Beberapa negara dan organisasi kemanusiaan mulai memberikan bantuan. Akan tetapi sistem perbankan Afghanistan yang hampir runtuh telah memperumit pekerjaan mereka.
Muttaqi mengatakan, Taliban tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan sebagai pangkalan untuk melakukan serangan ke negara lain. Selain itu, Taliban juga telah memberikan amnesti terhadap pejabat pemerintah sebelumnya.
Wakil Direktur Program Asia Wilson Center yang berbasis di Washington, Michael Kugelman, menuturkan negara-negara OKI dapat berbuat lebih banyak untuk membantu menyelesaikan krisis Afghanistan.
Kugelman menyarankan agar negara OKI dapat menggandeng ulama dan berinteraksi langsung dengan Taliban.
Kugelman berpendapat, untuk saat ini akan sulit bagi Barat untuk terlibat dengan Taliban.
Menurutnya, interaksi Barat dengan Taliban sama saja dengan mengakui kekalahan Amerika Serikat dan sekutunya dalam perang selama 20 tahun di Afghanistan.
“Bagi Taliban, itu akan menjadi kepuasan terakhir karena bisa terlibat dari sudut pandang pemenang. Taliban mengalahkan Barat, militer mereka yang kuat menyebabkan mereka menderita melalui penarikan terakhir yang kacau dan memalukan. Bagi Barat, untuk berbalik dan berbicara dengan Taliban akan menjadi legitimasi kekalahannya,” ujar Kugelman.
Organisasi Kesehatan Dunia dan badan-badan PBB telah memperingatkan krisis kemanusiaan yang dihadapi Afghanistan. Rumah sakit di Afghanistan sangat kekurangan obat-obatan, dan 95 persen dari semua rumah tangga menghadapi kekurangan makanan.
Selain itu, tingkat kemiskinan melonjak hingga 90 persen dan nilai mata uang lokal afghani telah terjun bebas. (ATN)
Discussion about this post