ASIATODAY.ID, JAKARTA – Indonesia patut berbangga dengan potensi minyak yang terkandung di Blok Rokan, Riau.
Pasalnya, produksi minyak di Wilayah Kerja (WK) Rokan yang dikelola oleh PT. Pertamina Hulu Rokan (PHR) saat ini merupakan penghasil minyak terbesar di Indonesia.
“Produksi minyak Rokan saat ini ada di kisaran 162-165 ribu barel minyak per hari dan itu nomor satu penghasil minyak di Indonesia,” kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto pada acara peresmian Tajak Sumur Gulamo Eksplorasi Migas Non Konvensional di Riau, Kamis (27/7) lalu.
Dwi mengapresiasi kinerja PHR yang mampu mempertahankan dan bahkan meningkatkan produksi usai mengambil alih WK Rokan yang sebelumnya dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada tahun 2021 lalu, hal itu menunjukkan bahwa kualitas Pertamina tidak kalah dengan perusahaan minyak asing.
Selain itu, imbuh Dwi, PHR juga mampu melakukan pengeboran secara masif di Blok Rokan. Padahal, usai alih kelola Blok Rokan ada permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan, selain permasalahan administratif, Sumber Daya Manusia (SDM)yang sudah lama ditinggalkan juga menjadi permasalahan.
“Tak kurang dari 500 sumur sudah dilakukan pengeboran oleh PHR,” ujarnya.
Dengan pengeboran sumur sebanyak itu, Dwi memaparkan maka setiap bulan PHR mampu mengebor 40 sumur, sehingga setiap hari ada tajak, dan kini kita semua bisa merasakan pergerakan dampak dari PHR ini, khususnya bagi Pemerintah Daerah dan pengusaha kecil di Riau.
“Dalam mengebor sumur di Rokan, PHR berhasil menyelesaikan dalam 5 hari, karena sudah ada tig tim yang saling terintegrasi, antara yang menyiapkan lapangan, tim drilling sendiri, dan yang mengkoneksikan antar sumur, untuk membuat program-program ini sehingga tidak ada pergeseran produksi sama sekali,” jelasnya.
Pengeboran Sumur MNK di Rokan Jadi Showcase Investor Dunia

Saat ini, Pemerintah telah menargetkan produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel pada tahun 2030.
Untuk mencapai target tersebut, SKK Migas telah mencanangkan empat strategi di sektor hulu migas, yakni mengoptimalkan produksi lapangan eksisting. Strategi kedua yaitu dengan mempercepat enhanced oil recovery (EOR), menggalakkan eksplorasi migas, serta terakhir adalah dengan melakukan transformasi dari resources ke production.
Salah satu aksi yang telah dilakukan dari strategi-strategi tersebut adalah memulai pengeboran Sumur Gulamo eksplorasi Minyak Non Konvensional (MNK) di Blok Rokan yang dikelola oleh PT. Pertamina Hulu Rokan (PHR).
“Pengeboran Sumur Gulamo Eksplorasi MNK ini merupakan bagian dari road to giant discovery untuk menggali potensi minyak yang ada,” ujar Dwi.
Dwi memaparkan bahwa eksplorasi MNK ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena MNK mengambil migas dari batuan induk sehingga untuk mengambilnya diperlukan teknologi yang khusus, kemudian dilakukan secara vertikal hingga 3 KM ke bawah dan ditambah dengan horizontal, sehingga masalah logistik menjadi hal yang sangat penting.
Lebih lanjut, Dwi menuturkan selain Sumur eksplorasi Gulamo, akan ada pengeboran Sumur Eksplorasi MNK kedua di Blok Rokan, yaitu Sumur Kelok yang akan dikerjakan pada November 2023 nanti.
Adapun potensi dari kedua sumur ini setidaknya mencapai 80 juta barel minyak, dimana pada Blok Rokan sendiri potensi inplace minyak yang ada sebesar 1,26 miliar barel.
“Tajak dua sumur ini merupakan milestone penting, dan usai pengeboran masih harus diikuti dengan serangkaian kegiatan lain termasuk pengeboran tiga sumur untuk eks appraisal, pengeboran 6-10 sumur untuk demonstration stage dan saat pekerjaan tersebut membuktikan hasil yang baik,” imbuhnya.
Kedua sumur tersebut merupakan bagian Blok Rokan yang berada di Central Sumatera Basin yang menyimpan lebih besar lagi potensi MNK yang ada, sehingga apabila hasil dari eksplorasi kedua sumur ini bagus maka akan dapat menjadi pembuka jalan untuk mengakses potensi MNK.
Selain itu, Dwi menyebut pengeboran MNK ini adalah upaya untuk membuktikan potensi hidrokarbon non konvensional yang ada dan juga mengisyaratkan bahwa Indonesia tengah membangun reputasi yang baik di mata investor dunia.
“Proyek ini akan menjadi showcase yang disaksikan oleh pelaku usaha migas dunia sebagai bahan evaluasi mereka mengenai kualitas iklim investasi MNK di Indonesia. Dengan kata lain, karya-karya kita saat ini akan sangat menentukan Bagaimana minat investor dunia untuk mengembangkan migas non konvensional di Indonesia di masa yang akan datang,” imbuhnya. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post