ASIATODAY.ID, TAIPEI – Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen menghadiri peringatan peristiwa 228 yang ke-75 pada Senin (28/2/2022).
Peristiwa kelam ini merupakan insiden penindasan berdarah di Taiwan dalam kurun waktu 3 bulan dari tanggal 28 Februari 1947 sampai bulan Mei 1947. Insiden ini diwarnai dengan penangkapan dan pembunuhan secara acak kepada warga sipil Taiwan yang dianggap pengacau oleh tentara Nasionalis China.
Selain meletakkan karangan bunga sebagai tanda penghormatan kepada para korban yang gugur dalam peristiwa tersebut, Presiden Tsai juga mengucapkan terima kasih kepada para penyintas, anggota keluarga korban dan LSM yang selama bertahun-tahun mendorong pemerintah, memberikan pemahaman, dukungan dan saran.
Presiden Tsai berharap, di masa Taiwan yang telah berdemokrasi dengan stabil dan mendapatkan pengakuan internasional sekarang ini, seluruh lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang politik yang berbeda dapat secara rasional dan dengan sikap dewasa, bersama-sama bergerak ke arah yang bermanfaat bagi perkembangan demokrasi dan melaksanakan keadilan transisional.
“Hari ini adalah peringatan terjadinya peristiwa 228 yang ke-75. Pelaksanaan keadilan transisional membutuhkan kerja sama dari pemerintah dan masyarakat, serta generasi tua dan muda,” ujar Tsai dikutip daro MOFA Taiwan, Selasa (1/3/2022).
Dalam peringatan peristiwa 228 yang ke-75 ini, pelaksanaan keadilan transisional akan memasuki lembaran baru.
Tsai mengatakan, pada bulan Mei tahun ini, Komisi Keadilan Transisional (TJC) akan menerbitkan laporan menyeluruh tentang kegiatan operasional lembaga tersebut selama 4 tahun terakhir, dan menyelesaikan tahap awal dari pekerjaan tersebut.
“Dalam laporan tersebut akan diungkap cara kerja dan bentuk persekusi di era otoritarianisme yang melanggar hak asasi manusia,” ujarnya.
Laporan tersebut juga kata Tsai, akan mengajukan proposal konkret tentang bagaimana masyarakat Taiwan dapat terus mewujudkan keadilan transisional dan memperkuat demokrasi.
“Setelah TJC menyelesaikan investigasi dan perencanaan, kita akan membawa proses pelaksanaan keadilan transisional ini ke tahap selanjutnya, dan Yuan Eksekutif akan mengemban bertanggung jawab tersebut,” imbuhnya.
Menurut Tsai, Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengungkap penganiayaan sistematis di era otoritarianisme, dan memberikan pemahaman yang utuh kepada masyarakat sebelum membuat penilaian yang objektif.
Pada kesempatan itu, Presiden Tsai juga menyinggung situasi internasional yang mengalami perubahan dengan sangat cepat.
Seluruh dunia terus menyaksikan bagaimana masyarakat Ukraina bersatu dalam perjuangan untuk melawan invasi serta melindungi negara, demokrasi, dan kebebasan mereka. Tekad masyarakat Ukraina untuk membela kedaulatan, kebebasan, dan demokrasi telah sangat menyentuh hati semua orang di seluruh dunia yang mengejar cita-cita tersebut, dan telah mendorong komunitas internasional untuk meningkatkan dukungan bagi Ukraina.
“Kita akan terus memantau perkembangan situasi internasional dengan cermat, dan saya ingin memberi tahun Anda sekalian bahwa dalam menghadapi tantangan apa pun, demokrasi adalah satu-satunya pilihan kita, dan persatuan adalah satu-satunya cara,” ujarnya.
“Saya yakin bahwa bangsa yang mau menghadapi sejarah dan merenungkan kesalahannya akan menjadi bangsa yang kuat dan tangguh, dan dapat menegakkan demokrasi. Inilah arti keadilan transisional bagi demokrasi Taiwan, dan merupakan misi yang dimiliki oleh semua orang Taiwan. Mari kita lanjutkan perjuangan ini untuk menggapai tujuan bersama,” imbuhnya. (ATN)
Discussion about this post