ASIATODAY.ID, JAKARTA – PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan produksi logam timah pada semester I/2019 mencapai sebesar 37.700 ton. Realisasi produksi tersebut meningkat tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 12.300 ton.
“Dari sisi penjualan timah juga berhasil kami tingkatkan dari 12.700 ton pada semester I/2018 meningkat menjadi 31.600 ton semester I/2019 ini,” terang Sekretaris Perusahaan TINS Amin Haris Sugiarto, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), tahun 2019 perseroan menargetkan ekspor komoditas bijih timah sebesar 60.000 ton atau sekitar 5.000 ton per bulan. Namun angka yang disetujui sebesar 38.000 ton, atau meningkat 20% dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, perseroan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini sebesar Rp2,59 triliun. Nilai tersebut terdiri dari modal belanja perusahaan induk sebesar Rp2,02 triliun dan anak usaha senilai Rp565 miliar.
Pihaknya optimistis kinerja Timah akan terus mengalami peningkatan seiring penguatan dari sisi manajemen. Di mana pada RUPS April lalu, perseroan telah menambah satu direktur niaga.
“Bertambahnya direksi baru ini untuk memperkuat aspek komersial,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Timah Tbk Emil Ermindra mengatakan PT Timah sedang berusaha melakukan ekspansi eksplorasi ke negara-negara di Afrika. Salah satu negara yang dibidik adalah Nigeria.
“Yang sudah kami canangkan ke Nigeria, yang lain masih feasibility study,” ujar Emil.
Pembentukan perusahaan patungan (joint venture) dengan perusahaan asal Nigeria diharapkan dapat segera terbentuk untuk menjalin kerja sama dalam membangun pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) di Nigera.
“Kita sudah buat divisi sama perusahaan di sana, tahapnya eksplorasi, jadi sebelum menambang kita eksplorasi dahulu,” ujar Emil.
Selain itu, Timah juga sedang menjajaki terkait lokasi pembangunan smelter. Emil menjelaskan, nilai investasi di Nigeria masih di bawah 20 juta dolar AS.
“Investasi di nigeria ini, smelter kapasitasnya masih sangat kecil. Kapasitasnya untuk awal masih di bawah 5 ribu metrik ton (MT),” kata Emil.
Sebelumnya, Direktur Utama Timah Riza Pahlevi menargetkan tahun ini proses pembentukan JV bisa selesai. Riza menjelaskan saat ini perusahaan bersama dengan rekan perusahaannya yang bekerjasama mengelola lahan di Nigeria tersebut masih dalam proses melakukan eksplorasi.
Dalam proses pencarian cadangan baru ini memang perusahaan melakukan banyak penjajakan di beberapa negara. Selain nigeria, perusahaan juga menjajaki potensi cadangan di Myanmar. Dalam menjajaki proses di Nigeria, Timah menggaet Topwide Venture Ltd.
Pencarian cadangan produksi ini memang dilakukan untuk menjaga keseimbangan, pertumbuhan, dan ketahanan perusahaan. Tercatat, saat ini total cadangan aluvial perusahaan sebesar 377.549 ton atau masih bisa bertahan sampai 10 tahun ke depan. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post