ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia membutuhkan dana sebesar USD4,5 miliar atau sekitar Rp65,2 triliun untuk memproduksi vaksin Covid-19.
Vaksin sebanyak itu akan diperuntukkan bagi 160 juta sampai 190 juta penduduk Indonesia.
Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, setiap orang nantinya akan divaksin sebanyak dua kali. Dengan kalkulasi itu, vaksin yang diproduksi diperkirakan bisa mencapai 380 juta.
“Kita estimasi, kalau kita anggap saja 300 juta dikali USD15 per satu vaksin berarti sudah USD4,5 miliar,” terang Erick, Jumat (7/82020).
Erick mengungkapkan, kebutuhan anggaran untuk produksi vaksin tersebut telah dibahas dalam rapat kabinet. Kebutuhan dana ini kemungkinan akan bersumber dari alokasi anggaran Kementerian Kesehatan yang mendapat pagu sebesar Rp87,5 triliun.
“Dari anggaran Menteri Kesehatan yang tersisa Rp24,8 triliun, sebagian akan diplot untuk belanja vaksin dulu,” kata Erick.
Sementara BUMN melalui PT Bio Farma telah memproduksi sebanyak 100 juta vaksin. Namun angka tersebut tidak cukup jika dihitung dari jumlah penduduk Indonesia. Karena itu produksi vaksin akan ditingkatkan menjadi 250 juta hingga akhir tahun.
Menurut Erick, pengembangan vaksin kini masuk tahap uji klinis fase ketiga dengan kategori produk halal. Dalam pengembangan vaksin ini, Bio Farma menggandeng Sinovac Biotech Ltd, perusahaan asal China.
Erick juga menjelaskan, ketimpangan antara kebutuhan dan jumlah vaksin yang diproduksi Bio Farma, dapat ditutup oleh swasta. Namun produk vaksin tersebut tidak bisa sembarang dijual karena harus mendapatkan izin dari pemerintah. (ATN)
Discussion about this post