ASIATODAY.ID, JAKARTA – Program kolaborasi yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Food and Agriculture Organization (FAO) Internasional dalam menciptakan percontohan produksi pakan mandiri khusus Ikan Patin di Provinsi Sumatera Selatan menorehkan hasil fantastis.
Hingga November 2019, tercatat total produksi pakan mandiri secara nasional mencapai 32.557 ton. KKP menargetkan ke depan kontribusi pakan mandiri terhadap kebutuhan pakan nasional akan lebih besar lagi, dimana saat ini diperkirakan kontribusinya baru sekitar 17 persen.
“Ini hasil yang memuaskan. Formula pakan FAO memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan dan efisiensi produksi,” terang Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto melalui keterangan tertulisnya, Senin (23/12/2019).
Hingga November 2019, tercatat total produksi pakan mandiri secara nasional mencapai 32.557 ton. KKP menargetkan ke depan kontribusi pakan mandiri terhadap kebutuhan pakan nasional akan lebih besar lagi, dimana saat ini diperkirakan kontribusinya baru sekitar 17 persen.
Menurut Slamet, pakan mandiri saat ini memiliki kualitas yang tidak kalah jauh dengan pabrikan. Inovasi formula sudah banyak berkembang misalnya dengan penggunaan silase, enzym dan bahan baku lokal seperti Palm Kernel Meal (PKM) dan upaya ini berhasil meningkatkan efisiensi pakan.
Kendalanya kata dia, PKM atau yang biasa disebut bungkil sawit sulit didapatkan Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari) karena harga mulai tinggi seiring permintaan untuk pakan yang tinggi. Memang Indonesia menjadi produsen terbesar kedua setelah Malaysia, akan tetapi 80 persen hasil produksi itu untuk diekspor.
Karena itu kata Slamet, sebagai solusinya, KKP meminta kepada pemerintah daerah untuk memfasilitasi agar 10 persen PKM bisa dialokasikan untuk bahan baku pakan ikan, tentunya dengan biaya yang murah.
“Saya sudah berkirim surat ke Gubernur Riau terkait hal ini, nanti jika belum ada tindaklanjut akan kami susulkan lagi surat himbauan berikutnya,” tegasnya.
Dia menuturkan bahwa program Gerpari telah terbukti mampu memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Ini terlihat dari peningkatan daya beli pembudidaya ikan yang terus membaik.
Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS), Slamet menyebutkan pada November 2019 angka nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) senilai 102,37 atau naik jika dibandingkan bulan yang sama pada 2014 senilai 101,64. Begitu halnya dengan pendapatan pembudidaya yang juga naik dari semula sebesar Rp3,2 juta per bulan pada 206 menjadi Rp3,6 juta per bulan pada tahun ini.
Lembaga FAO sendiri meyakini, paket formula pakan mandiri hasil kerja sama dengan KKP ini, bisa menjadi solusi untuk menekan biaya produksi budi daya Ikan Patin yang 70 persen disumbang dari harga pakan yang tinggi.
Menurut Asisten FAO Representatif Indonesia Ageng Herianto, melalui paket formula ini, para pembudidaya ikan kini mendapatkan akses pakan yang berkualitas dan murah.
“FCR (Feed Converstion Ratio) rata-rata kurang dari 2 dan harganya terjangkau yakni rata-rata Rp4.750 per kilogram. Kami berharap ini jadi solusi permasalahan dalam budi daya, khususnya dalam mempercepat pengembangan usaha budi daya Patin di Sumatera Selatan,” terangnya.
Ageng memastikan bahwa produk pakan formula FAO telah memenuhi standar mutu sesuai SNI dengan kisaran protein sebesar 20—25 persen. Di sisi lain, produk ini aman dari tambahan bahan bahan kimia dan biologis yang berbahaya.
Formula pakan FAO terdiri dari silase ikan, kepala udang, ikan asin, poles (dedak), bungkil sawit, kanji, premix, multy-enzym, dan phytase.
“Formula FAO ini memiliki performa yang baik. Kami telah uji lapang pada enam kelompok di Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin dan hasilnya memuaskan dibanding pakan mandiri yang selama ini diproduksi kelompok,” jelasnya.
Sementara itu, FAO International Consultant Thomas Shipton menilai Indonesia merupakan negara yang sangat diperhitungkan dalam pengembangan akuakultur global saat ini.
“Untuk itu, FAO memiliki kepentingan dalam memberikan dukungan bagi pengembangan akuakultur di Indonesia,” tandasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post