ASIATODAY.ID, JAKARTA – Tesla dilaporkan telah menandatangani kesepakatan dengan Prony Kaledonia Baru untuk memasok nikel rendah karbon sebanyak 42.000 ton. Kesepakatan multi-tahun itu untuk tahapan produksi mobil listrik.
Kerjasama ini dilakukan Tesla lantaran perusahaan itu mencari pasokan nikel rendah karbon.
Produsen ternama kendaraan listrik tersebut juga sebelumnya telah menjalin kesepakatan untuk mengambil pasokan nikel dari BHP Nickel Australia.
“Kesepakatan itu dinegosiasikan oleh pedagang komoditas Swiss, Trafigura, salah satu pemangku kepentingan utama Prony. Itu menjadikan Tesla sebagai pelanggan terbesar penambang,” kata CEO Antonin Beurrier dalam sebuah pernyataan, dikutip Kamis (14/10/2021).
Sejauh ini, belum diketahui berapa lama kesepakatan antara Tesla dan Prony akan terjalin. Namun diperkirakan kemitraan itu akan berjalan cukup lama, mengingat produsen mobil listrik membutuhkan banyak nikel di masa mendatang.
Tesla diperkirakaan menggunakan sekitar 30.000 ton nikel dalam baterai tahun ini. Pakar mineral baterai independen yang berbasis di Sydney, Steven Brown, menjelaskan bahwa konsumsi nikel Tesla bisa meningkat di tahun-tahun mendatang.
Prony sendiri menjelaskan bahwa pihaknya bakal menargetkan produksi 44.000 ton nikel pada 2024.
Menurut laporan Reuters, jumlah tersebut nyatanya dua kali lipat lebih banyak dari yang diharapkan.
Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki otoritas provinsi Kaledonia Baru ini, yakin bahwa pasar nikel akan kembali surplus selama empat tahun dari 2022. Itu terjadi setelah produsen utama Indonesia akan meningkatkan pasokan. (ATN)
Discussion about this post