ASIATODAY.ID, JAKARTA – Langkah Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dalam memperjuangkan tambahan kuota haji Indonesia pada tahun 2020, mendapat angin segar.
Pasalnya, Kerajaan Arab Saudi siap mengakomodir penambahan kuota tersebut.
Hal itu terungkap saat Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo bertemu Raja Arab, Salman bin Abdulaziz al-Saud.
“Alhamdulillah Raja Salman mengatakan akan upayakan sekuat tenaga menambah kuota haji dari 231 ribu menjadi 250 ribu untuk memenuhi permintaan dan aspirasi rakyat Indonesia yang sudah dianggapnya sebagai saudara kandung sendiri dan menyampaikan salam hangat untuk Presiden Jokowi,” kata Bamsoet di komplek Kerajaan Arab Saudi, sebagaimana dituangkan melalui keterangan tertulisnya, Selasa (24/12/2019).
Sebelumnya Bambang Soesatyo dan rombongan juga bertemu dengan Ketua Majelis Ash Shura Arab Saudi (Consultative Assembly of Saudi Arabia), Abdullah Bin Muhammad Al Ash-Sheikh, di Kantor Parlemen Arab Saudi. Dalam pertemuan itu, salah satu topik yang dibahas terkait penambahan kuota haji.
“Dengan ketersediaan kuota saat ini, masa tunggu jamaah yang ingin menunaikan ibadah haji bisa mencapai 20 tahun, bahkan lebih. Mengingat besarnya antusias dan jumlah penduduk muslim Indonesia yang ingin menunaikan ibadah Haji, maka penambahan kuota haji bagi 263 juta jumlah rakyat Indonesia saat ini menjadi sangat penting,” kata Bamsoet.
Global Religious Futures memprediksi hingga tahun 2050 jumlah penduduk muslim Indonesia mencapai 256,82 juta dari 263 juta jiwa atau sekitar 86,39 persen. Ditambah pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar rata-rata 5 persen lebih yang melampaui pertumbuhan ekonomi dunia. Membuat pendapatan masyarakat meningkat, yang pada gilirannya memberikan kemudahan mereka menunaikan ibadah Haji
Bamsoet menuturkan, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia juga telah menjadi contoh bagaimana mengelola keberagaman suku, agama, etnis, dan golongan dengan baik.
Baginya, ini bisa menjadi role model bagi negara lainnya, bahwa antara agama dan peradaban maupun antara agama yang satu dan lainnya bukanlah alasan menjadi sumber pertentangan.
Hal ini tak terlepas dari keberadaan dua organisasi massa Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Keduanya selalu menyebarkan Islam yang tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran).
“Di saat Islam disudutkan di berbagai negara lantaran radikalisme dan ekstrimisme, tidak demikian di Indonesia. Di Indonesia, Islam justru menjadi sumber perdamaian. Hal ini bisa menjadi tambahan pertimbangan bagi Arab Saudi untuk menambah jumlah kuota haji jamaah Indonesia,” jelasnya. (AT Network)
,’;\;\’\’
Discussion about this post