ASIATODAY.ID, JAKARTA – Gelombang unjukrasa mahasiswa menyerukan reformasi di Thailand kembali menggema, Sabtu (19/8/2020).
Puluhan ribu mahasiswa di negeri itu turun ke jalan menuntut Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha, mundur. Para mahasiswa mengepung ‘government house’, kantor sang perdana menteri.
Selain menyerukan PM mundur, massa juga menuntut dihapuskannya hukum yang melarang kritik terhadap keluarga kerajaan.
Mengutip Bangkok Post, aksi demonstrasi mahasiswa sempat memanas setelah dihadang polisi anti huru hara dan meminta para demonstran membubarkan diri. Namun para mahasiswa tetap bertahan.
Situasi makin memanas lantaran massa tak terima dengan tindakan polisi yang memasang pagar pembatas agar para demonstran tidak merangsek masuk ke halaman kantor PM Prayut.
Para demonstran bahkan mencabut kabel mikropon aparat keamanan. Mereka terus mendesak polisi agar bisa masuk ke Sanam Laung-sebuah taman di kompleks kerajaan Thailand.
Dalam sebuah pernyataan bersama, para demonstran menyatakan bahwa Sanam Laung dulunya adalah ruang publik, dan baru sekarang menjadi tertutup. Hanya orang-orang kerajaan yang bisa ada di sana.
“Saatnya menduduki dan merebutnya kembali,” bunyi pernyataan tersebut.
Polisi menutup semua akses ke Sanam Laung. Beberapa demonstran pun makin marah, bahkan ada yang mencoba untuk memanjat pagar untuk bisa masuk ke dalam.
Demonstrasi yang disebut-sebut terbesar dalam sejarah monarki Thailand kali ini diorganisir oleh mahasiswa Universitas Thammasat Bangkok, sebuah kelompok yang paling vokal tentang peran keluarga kerajaan.
“Kami berjuang untuk lebih banyak demokrasi. Rencananya bukan untuk menghancurkan monarki, tetapi untuk memodernisasi, menyesuaikannya dengan masyarakat kita,” kata Panusaya Sithijirawattanakul, aktivis mahasiswa terkemuka pada Jumat (18/9) malam. (ATN)
Discussion about this post