ASIATODAY.ID, JAKARTA – Polusi udara berdampak buruk terhadap kesehatan manusia, terutama serangan jantung. Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan yang berbasis di Singapura.
Peningkatan konsentrasi partikel kecil di udara dapat memicu serangan jantung yang berujung kematian.
Para peneliti memandang, situasi ini sangat mendesak untuk mengurangi tingkat polusi udara di seluruh dunia. Para peneliti mencari partikel setidaknya 25 kali lebih kecil dari lebar rambut manusia yang dikenal sebagai partikel PM2.5 (diameter 2,5 mikrometer). Ukurannya yang kecil berarti mereka dapat dengan mudah dihirup, dan mereka telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan, termasuk penyakit autoimun.
Dalam riset tersebut, tingkat polusi di Singapura dilacak terhadap lebih dari 18.000 kasus serangan jantung di luar rumah sakit (OHCA) yang dilaporkan antara Juli 2010 dan Desember 2018. Melalui analisis statistik, 492 kasus dapat dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi PM2.5 .
“Kami telah menghasilkan bukti yang jelas dari hubungan jangka pendek PM2.5 dengan serangan jantung di luar rumah sakit, yang merupakan peristiwa bencana yang sering mengakibatkan kematian mendadak,” kata ahli epidemiologi Joel Aik, dari Duke-NUS Medical School, di Universitas Nasional Singapura dilansir dari Science Alert, Senin (14/11/2022).
Ini merupakan studi observasional, dimana artinya ada spekulasi tentang hubungan antara tingkat polusi dan serangan jantung. Terlebih lagi, pengukuran polusi udara yang dilakukan di stasiun kualitas udara tidak dapat dianggap mencerminkan paparan terhadap individu. Namun, ada cukup data yang harus ditelusuri lebih lanjut dari temuan tersebut.
“Hasil ini memperjelas bahwa upaya untuk mengurangi tingkat partikel polusi udara dalam kisaran 2,5 mikrogram atau lebih rendah, dan langkah-langkah untuk melindungi dari paparan partikel-partikel ini, dapat berperan dalam mengurangi serangan jantung mendadak pada populasi Singapura, sekaligus mengurangi beban pelayanan kesehatan,” jelas Aik.
Tak hanya Singapura, penelitian yang sama juga sebelumnya dilakukan di beberapa kota lainnya seperti New York dan Melbourne, Australia. Hasilnya tidak konsisten dengan data yang dikumpulkan di tempat lain seperti Denmark.
Ketidakkonsistenan ini cenderung muncul pada konsentrasi polusi di bawah nilai pedoman kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia, tetapi penelitian menunjukkan tidak ada tingkat paparan yang ‘aman’ untuk kesehatan jantung penduduk.
“Yang jelas sebagian besar dari kita menghirup udara dengan kualitas buruk, yang dianggap bertanggung jawab atas jutaan kematian dini baik di perkotaan maupun pedesaan setiap tahunnya.
“Studi ini memberikan bukti kuat tentang dampak kualitas udara terhadap kesehatan dan harus merangsang kebijakan dan upaya lapangan untuk mengelola emisi dari sumber utama yang dapat menyebabkan peningkatan polusi,” kata Marcus Ong, seorang dokter -ilmuwan dari Duke–NUS Medical School. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post