ASIATODAY.ID, SUMBA TIMUR – Festival Sandalwood 2019 yang digelar pada Jumat (12/7/2019) di Savana Puru Kambera, Kanantang, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur NTT), menghadirkan sebuah pengalaman yang fantastis.
Betapa tidak, festival itu menyuguhkan sebuah atraksi ratusan ekor kuda yang bertajuk Parade Kuda Sandel. Pesertanya melibatkan delegasi dari 5 kecamatan yakni Waingapu, Kambera, Pandawai, Kanatang, juga Haharu. Uniknya, masing-masing kecamatan menampilkan tema khusus dalam setiap aksi kuda sandel.
Mengawali parade, lagu khas Sumba diperdengarkan. Diikuti dengan pembacaan syair. Suasana makin eksotis karena event itu digelar di hamparan savana yang berbukit. Savana tersebut langsung berbatasan dengan Pantai Puru Kambera. Suasana jadi hiruk pikuk oleh kehadiran delegasi Pandawai. Menarik perhatian pengunjung, mereka menampilkan tema Peristiwa Penguburan Raja.
Kecamatan Pandawai tampil lengkap dengan beragam piranti upacara. Mereka juga merekonstruksi prosesinya. Ada juga simulasi pengorbanan berupa kuda dan hambanya. Mengacu kepercayaan masyarakat setempat, bila raja meninggal harus disertai dengan kuda dan seorang hamba. Harapannya kuda dan hamba itu menjadi pendaming sang raja di alam baka.
Suasana semakin meriah, saat perwakilan Haharu menampilkan simulasi Tradisi Berburu masyarakat Bumi Merapu. Mereka menaiki kuda lengkap dengan beragam peralatan, seperti tombak. Biasanya para masyarakat melakukan perburuan babi dan rusa.
Tradisi ini sudah dijalankan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Apalagi, Haharu menjadi lokasi pendaratan nenek moyang mereka di Sumba.
Tema berbeda disajikan Kanatang. Mereka menampilkan simulasi Perang lengkap dengan tombak dan perisai. Tema tersebut menjadi isyarat kalau masyarakat Bumi Merapu siap mempertahankan tanahnya dari cengkeraman penjajah. Tema serupa juga ditampilkan delegasi dari Waingapu.
Menegaskan keberagam budayanya, prosesi meminang (Purru Ngadi) disajikan delegasi Pandawai. Aktivitas ini melibatkan 2 keluarga besar dari pihak mempelai putra dan putri. Saat meminang, disertakan juga beragam barang-barang hantaran. Berikutnya, ditampilkan juga simulasi membawa serta pengantin wanita atau Plai Ngandi Tau.
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor B Laiskodat hadir dalam acara parade itu. Ia berharap event ini bisa semakin baik dalam pelaksanaan di masa mendatang.
“Saya sangat bersyukur bisa menikmati Parade Kuda Sandel di alam bebas seperti ini. Udaranya juga sangat segar di sini. Untuk penyelenggaraan festival tahun depan harus dibuat lebih hebat dan menarik lagi. Berbagai infrastruktur juga harus ditambahkan di venue ini,” jelasnya.
Menurut Viktor, tahun depan harus ada villa-villa di kawasan savana itu. Dengan demikian, wisatawan tidak harus bolak balik dari dan ke Waingapu lagi. “Tahun depan kita bikin hebat lagi,” janji Viktor.
Kehadiran Parade Kuda Sandel merupakan momentum yang dinantikan. Sebab, Kuda Sandel jadi ikon Pulau Sumba. Posturnya pun khas dengan daya tahan luar biasa. Kuda tersebut sangat kuat. Parade Kuda Sandel memang menarik dengan beragam pernak pernik yang menyertainya.
“Apresiasi harus diberikan kepada masyarakat Sumba yang selalu menjaga tradisinya. Kawasan ini memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Dan tentu bagus, khususnya secara ekonomi. Agar potensi makin optimal, maka perlu dilakukan penguatan amenitasnya. Konsep Nomadic Tourism sangat ideal diterapkan di Sumba,” ujar Ketua Tim Pelaksana CoE Kemenpar Esthy Reko Astuty.
Stakeholder pariwisata di NTT diakui memiliki komitmen untuk membuat Festival Sandalwood tahun depan lebih meriah. Rencananya Festival Sandalwood 2020 akan ditopang selueuh kabupatwn di Pulau Sumba. Untuk parade diproyeksikan diikuti 5.000 peserta Kuda Sandel. Stakeholder juga berkomitmen untuk menghadirkan infrastruktur pendukung di venue Puru Kambera.
“Kami tentu gembira karena event digelar lancar. Respon publik juga positif. Kalau ingin maksimal, maka perubahan harus dilakukan pada tahun depan. Sinergi harus dilakukan agar lebih optimal, apalagi potensi pariwisata di Sumba sangat luar biasa,” imbuh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. (AT Network)
Discussion about this post