ASIATODAY.ID, NEW YORK CITY – Signature Bank yang berbasis di New York, pemberi pinjaman utama dalam industri kripto, ditutup pada Minggu (12/3) oleh regulator Amerika Serikat (AS) atas dasar alasan “pengecualian risiko sistemik yang serupa,” demikian disampaikan Departemen Keuangan AS, Federal Reserve (The Fed), dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) dalam sebuah pernyataan bersama.
Langkah itu dilakukan dua hari setelah Silicon Valley Bank (SVB) di California kolaps karena para deposan bergegas menarik dana.
Semua deposan Signature Bank “akan mendapatkan pengembalian utuh,” kata pernyataan bersama itu. “Sama seperti resolusi Silicon Valley Bank, tidak ada kerugian yang akan ditanggung oleh pembayar pajak.”
Pihak otoritas juga mengatakan bahwa “pemegang saham dan pemegang utang tertentu yang tidak dijamin tidak akan dilindungi.”
Didirikan pada 2001, Signature Bank merupakan bank komersial yang disewa Negara Bagian New York dan mendapatkan asuransi dari FDIC, dengan total aset sekitar US$110,36 miliar (1 dolar AS = Rp15.468) dan total deposit kurang lebih US$88,59 miliar per 31 Desember 2022, menurut sebuah pernyataan terpisah yang dirilis pada Minggu malam waktu setempat oleh Departemen Layanan Keuangan New York.
Otoritas California menutup SVB pada Jumat (10/3) setelah pemberi pinjaman yang berfokus pada sektor teknologi tersebut melaporkan kerugian besar dari penjualan sekuritas, sehingga memicu bank itu kehilangan deposannya.
Kolapsnya SVB menjadi kegagalan bank terbesar sejak kolapsnya Washington Mutual, sebuah asosiasi simpan pinjam di AS, pada 2008 silam.
The Fed pada Minggu mengumumkan program pinjaman darurat baru untuk meningkatkan kapasitas sistem perbankan. (AT Network)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post