ASIATODAY.ID, JAKARTA – Taiwan dalam siaga penuh menghadapi segala kemungkinan, termasuk menghadapi pertempuran dengan militer China.
Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng memperingatkan, negaranya harus mewaspadai masuknya militer China ke daerah-daerah yang dekat dengan wilayahnya di tengah meningkatnya ketegangan militer di Selat Taiwan.
China telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk serangan angkatan udara hampir setiap hari ke zona identifikasi pertahanan udara pulau itu.
Namun, Taiwan belum melaporkan adanya insiden pasukan China memasuki zona tambahannya, yang berjarak 44,4 km dari pantainya. Tapi itu telah menembak jatuh pesawat tak berawak sipil yang memasuki wilayah udaranya di dekat sebuah pulau di lepas pantai China tahun lalu.
Chiu mengatakan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) mungkin mencari alasan untuk memasuki wilayah yang dekat dengan wilayah udara dan laut teritorial Taiwan saat pulau itu meningkatkan pertukaran militernya dengan Amerika Serikat (AS), yang memicu kemarahan Beijing.
Dia mengatakan PLA mungkin membuat “masuk tiba-tiba” ke zona bersebelahan Taiwan dan mendekati ruang teritorialnya, yang didefinisikan pulau itu sebagai 22,2 km dari pantainya.
“(Saya) secara khusus membuat komentar ini tahun ini, artinya mereka membuat persiapan seperti itu,” kata Chiu. “Ke depan, mereka akan menggunakan kekerasan jika mereka benar-benar harus melakukannya.”
Sebagai tanggapan, juru bicara kementerian luar negeri China Mao Ning mengatakan pada pengarahan harian bahwa Beijing “akan mengambil tindakan tegas untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya”.
Taiwan telah berjanji untuk menggunakan haknya untuk membela diri dan melakukan serangan balik jika angkatan bersenjata China memasuki wilayahnya.
China tahun lalu menggelar latihan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya di sekitar Taiwan sebagai reaksi atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau itu.
Chiu mengatakan China ingin “membuat masalah dengan dalih tertentu”, menambahkan itu mungkin termasuk kunjungan ke pulau yang dilakukan oleh pejabat senior pemerintah asing atau kontak militer Taiwan yang sering dengan negara lain.
Ditanya oleh seorang anggota parlemen apakah Amerika Serikat (AS) berencana untuk menyimpan beberapa peralatan militernya di Taiwan, Chiu mengatakan diskusi semacam itu sedang berlangsung tetapi menolak menjelaskan lebih lanjut.
Amerika Serikat adalah pemasok senjata internasional paling penting bagi Taiwan dan meningkatnya dukungan AS untuk pulau demokrasi itu telah menambah ketegangan dalam hubungan AS-China yang sudah tegang.
Chiu mengatakan PLA mengirim sekitar 10 pesawat atau kapal ke daerah dekat Taiwan setiap hari. Beberapa melintasi garis median Selat Taiwan, yang secara tradisional berfungsi sebagai penyangga tidak resmi, hampir setiap hari, katanya.
Chiu mengatakan sejak China meninggalkan perjanjian diam-diam tentang pergerakan militer di Selat, Taiwan telah membuat persiapan untuk menembakkan tembakan pertama jika entitas China, termasuk drone atau balon, memasuki ruang teritorialnya.
China mengklaim Taiwan yang memerintah sendiri sebagai miliknya dan tidak meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawanya di bawah kendali China, jika diperlukan. Taiwan dengan tegas menolak klaim kedaulatan China dan mengatakan hanya rakyatnya yang dapat memutuskan masa depan mereka.
China Ancam AS
Menteri Luar Negeri China, Qin Gang mengatakan bahwa masalah Taiwan sebagai garis merah, maka Amerika Serikat (AS) tidak boleh mencoba ikut campur dengan cara apapun dalam penyelesaiannya.
Dia berbicara dalam konferensi pers selama sesi tahunan badan musyawarah dan legislatif utama negara yang diadakan pekan ini di Beijing.
“Masalah Taiwan masuk ke inti kepentingan negara kita. Ini adalah garis merah di China dan AS yang tidak boleh dilanggar,” katanya, seperti dilansir dari TASS, Selasa (7/3/2023).
Qin Gang menyatakan alasannya mendiskusikan masalah Taiwan dengan pihak AS ialah karena ingin menuntut agar Washington tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri China.
“Tidak seorang pun boleh meremehkan tekad China dan rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah negaranya,” lanjutnya.
Dia menekankan bahwa jika AS ingin perdamaian di Selat Taiwan, maka harus berhenti menggunakan Taiwan untuk menahan China.
“Jika AS benar-benar menginginkan perdamaian di Selat Taiwan, AS harus berhenti menggunakan Taiwan untuk menahan China,” tambahnya.
Taiwan telah diperintah oleh pemerintahannya sendiri sejak tahun 1949, di saat sisa-sisa pasukan Kuomintang yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek (1887-1975) melarikan diri setelah kekalahan dalam Perang Saudara China. Sejak saat itu, pulau tersebut mempertahankan bendera dan beberapa atribut lain dari bekas Republik China yang ada di daratan sebelum komunis berkuasa.
Meski begitu, selama ini Beijing menganggap Taiwan sebagai salah satu provinsi di Republik Rakyat China. (Reuters/TASS)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post