ASIATODAY.ID, JAKARTA – Perdana Menteri (PM) baru Thailand Srettha Thavisin mengatakan bahwa pemerintahannya bertekad untuk melakukan perubahan yang diperlukan, agar Thailand menjadi negara tujuan utama bagi investasi global, terutama mengejar lebih banyak perjanjian perdagangan bebas (FTA).
Laporan Reuters, Jumat (29/9/2023), Srettha mengungkapkan hal tersebut dalam pidatonya pada Jumat dalam sebuah forum, bahwa pemerintahannya akan meningkatkan infrastruktur, pengelolaan air, memperbarui bandara untuk menarik pariwisata, memperluas perjanjian perdagangan dan memudahkan perusahaan untuk merekrut lebih banyak pekerja asing di Thailand.
Srettha sendiri juga menekankan bahwa kebijakan luar negeri akan netral dan tidak memihak antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Ia juga menambahkan bahwa Jepang memiliki kekuatan besar dan akan berkomitmen kepada negara tersebut, menimbang bahwa Jepang adalah investor terbesar negara tersebut.
PM tersebut juga mengatakan bahwa ia kini sedang berusaha untuk menarik produsen kendaraan listrik ke Thailand, namun juga tidak akan mengabaikan produksi otomotif tradisional. Hal tersebut dipertimbangkan lantaran sebagai jaminan kepada perusahaan-perusahaan Jepang, yang menjadi penggerak utama industri otomotifnya.
Kemudian, ia juga menekankan perlunya memperluas pasar untuk produk pertanian Thailand, dan mendukung petani yang sudah lama terbebani dengan utang.
Namun Srettha sendiri menegaskan bahwa tidak akan ada kebijakan jaminan harga untuk hasil produksi mereka seperti yang dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya, kecuali jika situasi krisis terjadi.
Srettha juga membuka pidato dengan mengatakan bahwa konstitusi negara perlu diamandemen, untuk mengatasi perpecahan politik dan disparitas ekonomi kronis.
Sebagai catatan, Perdana Menteri Thailand tersebut berasal dari keluarga yang memiliki koneksi mendalam di kalangan elit bisnis. Srettha menempuh gelar ekonomi dan manajemen di AS dan meniti karirnya pertama kali di Procter & Gamble cabang Thailand Srettha bersama dengan sepupunya kemudian mendirikan perusahaan, yang kemudian berkembang menjadi pengembang properti Sansiri pada periode 1990-an dan menjadi salah satu perusahaan properti terbesar di Thailand.
Para analis dan orang-orang yang mengenal Srettha, seorang pemula di dalam dunia politik memiliki keuntungan dan kerugian. (ATN)
Simak Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post