ASIATODAY.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal) hingga akhir 2020 dapat mencapai 2.270,7 megawatt (MW).
Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Ida Nuryatin mengatakan, tahun ini akan ada tambahan 140 MW sehingga kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) menjadi sebesar 2.270 MW.
“Hingga akhir tahun lalu kapasitas PLTP yang beroperasi mencapai 2.130,8 MW,” terang Ida melalui keterangan tertulisnya, Rabu (19/2/2020).
Tiga PLTP yang beroperasi di tahun 2019 lalu yakni PLTP Muara Laboh kapasitas 85 MW, PLTP Sorik Marapi dengan kapasitas 42,3 MW dan PLTP Lumut Balai yang berkapasitas 55 MW.
Menurut Ida, tahun ini tiga PLTP yang selesai dibangun ditargetkan akan beroperasi. Ketiga PLTP tersebut PLTP Sorik Marapi akan menambah kapasitas beroperasi sebesar 45 MW.
Pembangunan ini dilakukan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power selaku pengembang yang akan menghubungkan Unit II PLTP Sorik Marapi sebesar 45 MW pada jaringan 150 kV PT PLN (Persero) di tahun ini.
PLTP Sokoria di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan kapasitas 5 MW dari total 30 MW juga akan beoperasi tahun ini.
PLTP Sokoria merupakan salah satu proyek strategis nasional dan menjadi bagian Program 35.000 MW, maupun Fast Track Programme (FTP) 10.000 MW tahap II yang digarap oleh PT Sokoria Geothermal Indonesia (SGI)
PLTP ketiga yang akan beroperasi yakni PLTP Rantau Dedap Unit 1 dengan kapasitas 90 MW di Sumatera Barat. Nilai investasi untuk pembangunan pembangkit tersebut mencapai USD700 juta.
“Kita mendorong PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT PLN (Persero) dan pengembang lainnya mempercepat pengembangan proyek PLTP masing-masing agar dapat COD (Commercial On Date) sesuai dengan target yang telah dicanangkan,” imbuhnya.
Dikatakan, hingga saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat dalam menggunakan tenaga listrik dari sumber daya panas bumi.
Angka ini masih akan bertambah seiring dengan perkembangan dari industri panas bumi di Indonesia, mengingat potensi panas bumi di Indonesia yang masih belum dikembangkan sepenuhnya.
“Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) merupakan program yang menjadi prioritas bagi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan bauran energi dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan energi yang tidak berkelanjutan,” tandas Ida.
Sementara itu, President & CEO PT Supreme Energy Muara Laboh Nisriyanto mengatakan pengembangan PLTP Muara Laboh tahap II dengan kapasitas 65 MW direncanakan akan dimulai tahun ini dan ditargetkan bisa beroperasi 2024 mendatang.
“Ini masih dalam tahap pembahasan dengan Kementerian ESDM dan PLN. Kami harap yang Tahap II dapat dimulai tahun ini setelah perijinan dan Power Purchase Agreement selesai,” imbuhnya. (ATN)
,’;\;\’\’
Discussion about this post