ASIATODAY.ID, JAKARTA – Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memperkirakan Topan Rai yang menerjang negeri Filipina pada bulan Desember 2021, telah menghancurkan atau merusak 1,5 juta rumah penduduk dan menelan lebih dari 400 korban jiwa.
Topan Rai, dengan kecepatan angin hingga 193 kilometer per jam (120 mil per jam), mendarat di ibu kota selancar negara itu, Siargao, sebuah pulau kecil di Mindanao timur dengan populasi sekitar 180.000 orang.
Menurut pemerintah provinsi, lebih dari 90 persen bangunan di pulau itu, termasuk sekolah dan balai kota, rusak parah.
Seluruh pulau tanpa listrik sejak itu dan tetap bergantung pada generator listrik yang menyediakan pasokan terbatas, sementara banyak penduduknya tinggal di bangunan darurat dan bahkan pusat evakuasi.
Di satu desa kecil Cangcohoy, pedalaman dari Siargao, 15 keluarga terus berlindung di gedung sekolah setelah rumah mereka hancur, menurut ANC, saluran berita kabel Filipina.
Banyak dari keluarga tersebut juga kehilangan mata pencaharian, dan mereka bergantung pada bantuan, sebagian besar dari donor swasta, untuk bertahan hidup.
“Sudah lebih dari satu bulan sejak Topan Rai menghantam Filipina, namun jutaan orang masih sangat membutuhkan dukungan kemanusiaan, termasuk rumah, pasokan air bersih, dan perawatan kesehatan,” kata kepala negara IFRC Alberto Bocanegra dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Aljazeera, Rabu (26/1/2022).
“Topan Super ini telah menyebabkan kehancuran besar, menghancurkan atau merusak lebih banyak rumah daripada badai mana pun dalam beberapa dekade terakhir,” tambahnya.
Dibandingkan dengan Topan Super Haiyan tahun 2013, yang menewaskan lebih dari 6.000 orang, Rai meninggalkan jalur kehancuran yang jauh lebih luas, menghantam beberapa pulau besar termasuk Bohol, Cebu, Negros, dan Palawan.
Menurut perkiraan, kerusakan yang ditinggalkan oleh Rai bisa mencapai USD790 juta.
“Ini adalah bencana yang jauh lebih besar daripada yang disadari dunia sebulan lalu,” kata ketua Palang Merah Filipina Richard Gordon, yang juga seorang senator.
“Masyarakat yang mengandalkan pertanian, perikanan, dan pariwisata tidak bisa mendapatkan penghasilan sekarang. Jutaan orang tidak memiliki atap di atas kepala mereka,” ujarnya. (ATN)
Discussion about this post