ASIATODAY.ID, JAKARTA – Negara-negara miskin kian menderita karena harus menanggung beban utang yang menggunung akibat pandemi Covid-19.
World Bank mencatat utang 73 negara termiskin di dunia menyentuh angka USD744 miliar atau sekitar Rp10.963 triliun pada 2019, sebelum terjadi pandemi Covid-19. Angka itu tumbuh 9,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Melansir AFP, Selasa (13/10/2020), Bank Dunia menilai pertumbuhan utang itu mencerminkan “urgensi bagi kreditur dan debitur untuk berkolaborasi demi mencegah risiko krisis utang pemerintah yang meningkat karena pandemi Covid-19”.
Virus corona yang mewabah sejak Maret lalu telah meruntuhkan perekonomian global. Pada April lalu, kelompok negara G20 sepakat untuk mendukung penangguhan utang bagi negara termiskin di dunia.
Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan keringanan yang diberikan lebih lemah dari perkiraan karena “tidak semua kreditur berpartisipasi sepenuhnya.
“Tercatat hanya USD5 miliar penangguhan yang diberikan dari perkiraan USD8 miliar hingga USD11 miliar,” ujarnya.
Laporan tersebut juga menyatakan beban utang yang ditanggung negara termiskin dunia ke negara lain, sebagian besar negara G20 mencapai USD178 miliar tahun lalu.
Porsi China selaku kreditur terbesar dari negara G20 meningkat dari 45 persen pada 2013 menjadi 63 persen tahun lalu.
Malpass menyorot kurangnya partisipasi kreditur dari sektor swasta. Selain itu, ia juga menduga negara maju yang tidak sepenuhnya menjalankan porsinya.
“Beberapa dari kreditur bilateral terbesar, termasuk beberapa dari China, masih belum berpartisipasi dalam moratorium. Hal itu menguras negara-negara miskin,” ujar Malpass.
Malpass juga mendesak transparansi terkait utang, merujuk ke China yang ia sebut dalam beberapa kasus telah memberikan penundaan pembayaran pokok utang namun terus mengenakan bunga. Hal itu berisiko menambah beban utang, alih-alih meringankannya. (ATN)
Discussion about this post